<p>Kalung minyak kayu putih berbahan Eucalyptus yang diklaim mampu tangkal virus COVID-19. / Facebook @KementanRI</p>

Akademisi UI: Saya Tidak Setuju Jika Kalung Minyak Kayu Putih Disebut Antivirus COVID-19

  • Saat ini harapan masyaarakat, media, dan pemerintah begitu besar terhadap penanganan virus COVID-19. Sehingga, penelitian baru di tingkat sel saja langsung diklaim sebagai obat antivirus.

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Kalung antivirus COVID-19 dari Eucalyptus atau minyak kayu putih temuan Kementerian Pertanian mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk akademisi.

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Zullies Ikawati mendukung Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melakukan inovasi kalung dari tanaman Eucalyptus sebagai produk kesehatan. Dia menyatakan produk tersebut cocok untuk orang yang terpapar COVID-19.

“Saya kira, untuk gejala COVID-19, inovasi ini sangat bagus karena COVID biasanya sesak nafas. Jadi, ini sangat pas sekali,” kata dia dalam keterangan resmi, Minggu, 5 Juli 2020.

Kendati demikian, lanjutnya, untuk sebagai antivirus corona, pembuktian menuju ke sana masih harus melalui beberapa proses panjang. Termasuk uji klinis di tingkat kementerian dan lembaga lain.

“Kalau uji invitro saya setuju dan saya kira memang ada potensi menjadi antivirus. Tapi kan untuk menjadi satu obat pasti ada alurnya,” ujar dia saat menjadi narasumber di stasiun televisi swasta.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementan Indi Dharmayanti menegaskan bahwa semua inovasi yang dilakukan masih dalam tahap invitro dengan proses riset dan penelitian yang masih panjang.

“Sebenarnya bukan obat untuk corona, karena riset masih terus berjalan. Tapi ini adalah ekstrak dengan metode desilasi untuk bisa membunuh virus yang kita gunakan di laboratorium. Toh, sesudah kita lakukan screening, ternyata Eucalyptus ini memiliki kemampuan membunuh virus influenza bahkan corona,” tegasnya.

Akan tetapi, dia menambahkan produk ini akan dipasarkan oleh pihak ketiga. Dalam hal ini, perusahaan swasta yang bergerak di bidang minyak berbahan dasar tanaman Eucalyptus, PT Eagle Indo Pharma produsen minyak kayu putih Cap Lang, bakal melakukan produksi.

“Dalam waktu dekat mungkin akan dipasarkan melalui perusahaan swasta,” imbuhnya.

Produk-produk berbahan Eucalyptus. / Facebook @KementanRI

UI Tak Setuju Disebut Antivirus

Terpisah, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) siap mendukung penelitian dan uji klinis untuk mengetahui khasiat produk Eucalyptus dalam menangkal serangan virus COVID-19.

Dekan FKUI Prof. Ari Fahrial Syam mengatakan FKUI dengan Indonesia Medical Education Research Institute (IMERI) sedang giat-giatnya melakukan riset kedokteran untuk COVID-19.

“Dan siap bekerja sama dengan balai besar penelitian veternier untuk melakukan uji animal (pada hewan) dan uji klinis dengan produk minyak kayu putih ini,” kata dia.

Dia menuturkan bahwa efek antiviral minyak kayu putih dan varian produk berbahan Eucalyptus lainnya masih harus diteliti lebih lanjut. Pun demikian dengan khasiatnya dalam menangkal COVID-19 juga harus diteliti.

Menurut dia, riset mengenai khasiat produk berbahan Eucalyptus untuk mengatasi COVID-19 saat ini baru dilakukan pada tingkat sel, pada tahap invitro. Riset belum secara spesifik diujikan pada SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19.

Dia menambahkan, saat ini harapan masyaarakat, media, dan pemerintah begitu besar terhadap penanganan virus COVID-19. Sehingga, penelitian baru di tingkat sel saja langsung diklaim sebagai obat antivirus.

“Jangan skeptis atas hasil penelitian invitro bahwa minyak kayu putih ada efek positif untuk virus COVID-19, tapi juga tidak boleh berlebihan beranggapan hasil penelitian invitro langsung diklaim sebagai antivirus COVID-19. Masih butuh perjalanan riset yang panjang untuk sampai bisa klaim sebagai antivirus,” imbuhnya.

Ari menjelaskan bahwa varian produk berbahan Eucalyptus belum bisa diklaim sebagai obat antivirus.

“Jadi saya tidak setuju jika kalung minyak kayu putih disebut kalung antivirus. Cukuplah disebut kalung kayu putih. Saya berharap riset minyak kayu putih tersebut berlanjut karena minyak kayu putih memang sudah kita gunakan sejak dahulu kala dan juga sampai hari ini untuk berbagai masalah kesehatan,” jelasnya. (SKO)