logo
Tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas (Reuters/Israel Defense Forces)
Dunia

Akan Jadi Bencana, Dunia Terus Mengingatkan Israel Tidak Menyerang Rafah

  • Australia, Kanada, Selandia Baru mengatakan 'tidak ada tempat lain bagi warga sipil untuk pergi' dan mendesak Israel untuk 'mendengarkan teman-temannya'.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Para pemimpin dunia meningkatkan tekanan terhadap Israel agar membatalkan rencananya melakukan serangan darat di Rafah.  Wilayah yang pernah dinyatakan sebagai zona aman yang menampung lebih dari setengah populasi wilayah tersebut. Daerah itu menampung warga Kota Gaza yang eksodus karena serangan Israel.

Ketika Israel meningkatkan serangan udara dan tembakan artileri, Australia, Kanada, dan Selandia Baru mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, dan memperingatkan bahwa operasi yang direncanakan Israel akan berdampak menghancurkan terhadap tindakan rakyat Palestina yang berlindung di daerah tersebut.

 “Tidak ada tempat lain bagi warga sipil untuk pergi,” kata perdana menteri ketiga negara tersebut, Anthony Albanese, Justin Trudeau dan Christopher Luxon dalam pernyataannya Kamis 14 Februari 2024. Pernyataan itu menambahkan bahwa Israel “harus mendengarkan teman-temannya”.

Para pemimpin tersebut menunjukkan  banyak dari warga negara dan keluarga mereka sendiri termasuk di antara sekitar 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi. Mereka terpaksa mengungsi ke kamp-kamp darurat di kota paling selatan Gaza akibat pemboman tanpa henti Israel di Jalur Gaza.

Spanyol dan Irlandia juga memberikan tekanan terhadap Israel pada dan meminta Komisi Eropa untuk segera meninjau apakah Israel mematuhi kewajiban hak asasi manusianya di Gaza.

Dalam surat bersama, Pedro Sanchez dan Leo Varadkar, masing-masing perdana menteri Spanyol dan Irlandia, mengatakan  serangan terhadap Rafah merupakan ancaman besar dan segera yang harus segera dihadapi oleh masyarakat internasional.

Berhenti dan Berpikirlah Serius

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Israel harus “berhenti dan berpikir serius” sebelum melancarkan invasi darat ke Rafah. Ketika ditanya apakah Israel telah melanggar hukum internasional, dia mengatakan pada hari Senin: “Kami pikir tidak mungkin melihat bagaimana Anda dapat berperang di antara orang-orang ini. Tidak ada tempat bagi mereka untuk pergi.”

Sedangkan Alexander De Croo , Perdana Menteri Belgia mengatakan setiap operasi Rafah dapat menimbulkan bencana kemanusiaan yang tidak tanggung-tanggung. 

Ketua Liga Arab memperingatkan bahwa serangan Israel di Rafah akan menyebabkan bencana kemanusiaan dan mengancam stabilitas di kawasan. “Kami menyerukan kepada semua pihak yang memahami gawatnya situasi ini untuk segera bertindak guna menghentikan rencana gila ini,” kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit pada  Kamis 15 Februari 2024.

“Apa arti keadilan dan organisasi internasional jika mereka tetap tidak mampu menegakkan gencatan senjata dan mengakhiri pembantaian mengerikan yang terjadi setiap hari?” tambahnya.

Korea Selatan juga menyatakan keprihatinan mendalam atas rencana Israel. Kementerian Luar Negeri negara itu mendesak perlindungan warga sipil berdasarkan hukum internasional.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menghadapi kecaman luas atas dukungan tanpa syarat terhadap perang Israel di Gaza, dilaporkan mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Mengingat komentar Biden pekan lalu bahwa tanggapan Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu konflik saat ini adalah “berlebihan”, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan Washington harus mengurangi pasokan senjata ke Israel.

“Yah, jika Anda yakin bahwa terlalu banyak orang yang terbunuh, mungkin Anda harus mengurangi jumlah senjata untuk mencegah begitu banyak orang terbunuh,” kata Borrell kepada wartawan setelah pertemuan para menteri bantuan pembangunan Uni Eropa di Brussels.

Meskipun ada tekanan dari pemerintah asing Israel bersikeras  mereka harus menyerang kota dekat perbatasan dengan Mesir itu. Tujuannya untuk melenyapkan batalion Hamas.

“Kami akan berjuang sampai kemenangan penuh dan ini termasuk tindakan yang kuat juga di Rafah setelah kami mengizinkan penduduk sipil meninggalkan zona pertempuran,” kata Netanyahu pada hari Rabu.