Akankah Israel Setuju Menghentikan Perang Gaza?
- Koalisi sayap kanan Netanyahu memegang mayoritas tipis di parlemen mengandalkan sejumlah faksi, termasuk partai Otzma Yehudit pimpinan Ben-Gvir yang memegang enam kursi, dan partai pimpinan Smotrich yang memegang tujuh kursi.
Dunia
TEL AVIV-Dua menteri sayap kanan Israel mengancam akan mundur dan meruntuhkan koalisi pemerintahan jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui proposal gencatan senjata di Gaza yang diungkapkan oleh Presiden Amerika Joe Biden.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengatakan mereka menentang kesepakatan apa pun sebelum Hamas dihancurkan.
Dalam sebuah postingan di media sosial pada Sabtu 1 Juni 2024 Smotrich mengatakan dia tidak akan menjadi bagian dari pemerintah jika mengakhiri perang tanpa menghancurkan Hamas dan membawa kembali semua sandera. Hal itu menurut Smotrich juga telah disampaikan langsung kepada Netanyanhu.
- Cara Menyimpan Daging di Kulkas Agar Tetap Awet dan Segar
- Jadi Cerminan Diri, Berikut Tips Buat Wajah Selalu Segar
- Olahraga Ringan Setiap Hari: Kunci Gaya Hidup Sehat dan Aktif
Hal senada disampaikan Ben-Gvir. Dia mengatakan kesepakatan itu berarti akhir perang. Dan pengabaian tujuan untuk menghancurkan Hamas. “Ini adalah kesepakatan yang sembrono. Saya bersumpah untuk membubarkan pemerintah daripada menyetujui usulan tersebut,” katanya.
Koalisi sayap kanan Netanyahu memegang mayoritas tipis di parlemen mengandalkan sejumlah faksi, termasuk partai Otzma Yehudit pimpinan Ben-Gvir yang memegang enam kursi, dan partai pimpinan Smotrich yang memegang tujuh kursi.
Meski demikian jika koalisi tersebut bubar, pemerintahan Netanyahu masih akan bisa selamat. Ini karena Partai Yesh Atid yang memegang 24 kursi akan bergabung ke pemerintahan jika Perdana Menteri menyetujui proposal Amerika.
Yair Lapid, pemimpin partai tersebut dengan cepat menawarkan dukungannya kepada Netanyahu. Dia mengatakan perdana menteri memiliki jaring pengaman jika Ben-Gvir dan Smotrich meninggalkan pemerintahan.
Perdana Menteri sendiri menegaskan tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan dan semua sandera dibebaskan. Namun salah satu penasihat Netanyahu, Israel Ophir Falk mengatakan banyak rincian rencana yang perlu diselesaikan. Namun, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Sunday Times, Falk juga mengatakan rencana Biden adalah kesepakatan yang ‘kami sepakati’. “Ini bukan kesepakatan yang baik tetapi Israel sangat ingin para sandera dibebaskan.Semuanya,” katanya.
Proposal tiga bagian Biden akan dimulai dengan gencatan senjata enam minggu di mana Pasukan Israel akan menarik diri dari wilayah berpenduduk Gaza. Kesepakatan itu pada akhirnya akan mengarah pada pembebasan semua sandera, penghentian permusuhan permanen dan rencana rekonstruksi besar-besaran di Gaza.
Perselisihan ini terjadi ketika puluhan ribu orang berunjuk rasa di Tel Aviv. Mereka menyerukan pemerintah Israel untuk menerima rencana yang diusulkan Biden.
Tekanan Demonstran
Banyak pengunjuk rasa juga menuntut pengunduran diri Netanyahu. Dan beberapa mengatakan kepada mereka khawatir perdana menteri akan menggagalkan usulan tersebut.
Sebuah kelompok yang berkampanye untuk memulangkan sandera Israel yang ditangkap oleh Hamas telah memperingatkan penolakan proposal Amerika hanya akan membahayakan nyawa mereka yang ditahan di Gaza.
Protes telah menjadi acara rutin di Tel Aviv dalam beberapa bulan terakhir. Para keluarga sandera dan aktivis anti-pemerintah lainnya mengadakan demonstrasi yang menyerukan kesepakatan penyanderaan. Mereka juga mendesak Netanyahu mundur atau mengadakan pemilu.
- Saham Raksasa Telekomunikasi Tertekan, Apakah Efek Starlink?
- Jelang Hajatan Ini, Saham Amman Mineral (AMMN) Mentok ARA
- Nasib Pekerja Makin Sulit, Gajinya Kini Bakal Dipotong Tapera
Dalam pernyataan bersama pada hari Sabtu, mediator dari Mesir, Qatar dan Amerika Serikat mendesak Israel dan Hamas untuk menyelesaikan kesepakatan yang diusulkan Biden. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak juga menawarkan dukungannya terhadap rencana tersebut. Dia kepada wartawan mengatakan pemerintahnya dapat membanjiri Gaza dengan lebih banyak bantuan. Jika Hamas menerima rencana gencatan senjata tersebut.
Sebelumnya, seorang politisi senior Hamas mengatakan kepada BBC bahwa pihaknya akan menyetujui kesepakatan ini jika Israel menyetujuinya. Sedangkan dalam sebuah pernyataan setelah Biden mengumumkan rencana tersebut, kantor Netanyahu menegaskan bahwa kondisi Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah.
Pernyataan tersebut menyebutkan hal ini sebagai penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Selain itu pembebasan semua sandera dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. Pernyataan itu menambahkan bahwa Israel akan terus bersikeras bahwa persyaratan ini dipenuhi. Sebelum menyetujui gencatan senjata permanen.
Pada hari Minggu Presiden Israel Isaac Herzog di media sosial mengatakan, dia akan memberikan dukungan penuh kepada pemerintahan Netanyahu untuk kesepakatan yang akan menghasilkan pembebasan para sandera.
Di bagian lain pertempuran terus berlanjut di Rafah. Laporan menyebutkan Israel melakukan serangan udara di kota selatan Gaza di perbatasan Mesir tersebut. Penembakan juga dilaporkan terjadi di Kota Gaza.
Netanyahu pada akhirnya sedang dalam tekanan berat antara harus menyetujui proposal Amerika atau menolaknya. Dia pasti mendapatkan tekanan keras dari Gedung Putih, partai oposisi dan aksi demonstrasi. Tetapi di sisi lain, dia juga mendapat tekanan dari kubu sayap kanan yang ikut membentuk pemerintahannya. Ke arah mana Netanyahu akhirnya bergerak, masih sulit untuk ditebak.