<p>Karyawan berktivitas dengan latar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Akhir dari Euforia? Saham BRIS Anjlok di Sesi I Perdagangan

  • JAKARTA – Setelah dua hari beruntun melesat tinggi, hari ini saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) mulai mendapat tekanan dari pasar. Pada sesi I perdagangan 15 Oktober 2020, saham BRIS terkoreksi 6,76% ke level Rp1.310 per lembar. Mengutip data Bloomberg, saham BRIS sempat dibuka menguat hingga menyentuh level Rp1.630 pada pukul 09.45 WIB. Namun pada […]

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Setelah dua hari beruntun melesat tinggi, hari ini saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) mulai mendapat tekanan dari pasar. Pada sesi I perdagangan 15 Oktober 2020, saham BRIS terkoreksi 6,76% ke level Rp1.310 per lembar.

Mengutip data Bloomberg, saham BRIS sempat dibuka menguat hingga menyentuh level Rp1.630 pada pukul 09.45 WIB. Namun pada pukul 10.03, saham BRIS mulai terkoreksi hingga masuk ke teritori negatif di level Rp1.385 per lembar.

Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menjelaskan, apa yang terjadi pada saham BRIS merupakan sebuah mekanisme umum pada kinerja sebuah perseroan.

Sehingga wajar jika hari ini saham BRIS mulai terkoreksi, mengingat sebelumnya saham anak PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) itu sudah menguat signifikan selama dua hari beruntun.

“Indikator stochastic overbought menandakan kejenuhan beli dan bayangan aksi profit taking jangka pendek,” kata Lanjar saat dihubung TrenAsia.com, Kamis 15 Oktober 2020.

Dia melihat, indikator moving average convergence/divergence (MACD) pada saham BRIS sudah terlampau tinggi dan hampir menyentuh titik overvalue. Dengan demikian, sangat muskil apabila teknikal, sinyal koreksi pun mulai membayangi saham BRIS dalam jangka pendek.

Dalam pola candlestick, sambung dia, tren saham BRIS membentuk thrusting bearish dengan signal bearish reversal jangka pendek. Artinya, saham BRIS mulai mengalami uji support di level 1.210 dan penutupan gap up di 1.125.

“Secara teknikal (besok 16 Oktober 2020) sih potensinya masih turun,” terang dia.

Dua Kali ARA

Diketahui sebelumnya, saham BRIS menguat dalam dua hari beruntun semenjak diumumkanya aksi merger tiga bank umum syariah (BUS) oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Ketiga bank itu antara lain, Bank BRISyariah, PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Dalam hal ini, Bank BRISyariah pun ditunjuk sebagai entitas yang menerima penggabungan (surviving entity). Sementara sisanya menjadi pemegang saham entitas yang menerima penggabungan.

“Pemegang saham BNIS dan pemegang saham BSM akan menjadi pemegang saham entitas yang menerima penggabungan,” tulis Manajemen Bank BRISyariah dalam laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 13 Oktober 2020.

Berkat aksi merger ini, saham BRIS pada 13 Oktober 2020 pun melesat tajam hingga menyentuh level auto reject atas (ARA). Saat itu, saham BRIS melejit 25% ke posisi Rp1.125 per lembar.

Sehari kemudian, euforia pada merger tiga bank syariah pelat merah ini masih berlangsung. Saham BRIS kembali meroket 25% dan lagi-lagi harus terkena ARA ke level Rp1.405 per lembar.

Hari ini, saham BRIS diprediksi tidak akan sekinclong hari-hari sebelumnya. Diperkirakan, koreksi ini masih akan berlangsung hingga penutupan perdagangan Jumat 16 Oktober besok.