Awas! Malware Android Baru Ini Bisa Hack Panggilan Telepon Bank
Nasional

Akhir Drama Pembobolan PDN: Memalukan dan Menyedihkan

  • Peretasan telah mengganggu banyak akvtitas lembaga. Bahkan telah menghancurkan martabat bangsa. Dan luar biasa ketika tidak ada satupun yang bertanggungjawab. Luar biasa.

Nasional

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Drama pembobolan Pusat Data Nasional (PDN) berakhir setelah kelompok hacker Brain Cipher menepati janji dengan menyerahkan kunci enkripsi kepada pemerintah Indonesia tanpa biaya alias gratis. Sesungguhnya setiap episode dari drama ini memalukan dan menyedihkan. 

Brain Cipher melalui situs mereka di darknet mengatakan ini adalah kali pertama dan terakhir mereka memberikan kunci secara cuma-cuma. Sebelumnya, Brain Cipher telah mengeluarkan permintaan maaf atas dampak gangguan yang ditimbulkan oleh serangan mereka. 

Mereka menegaskan bahwa tindakan ini dilakukan secara independen tanpa adanya keterlibatan pihak manapun atau motif politik.

"Pernyataan ini kami sampaikan secara independen, tanpa pengaruh pihak mana pun atau agenda politik," tulis Brain Cipher melalui akun X @stealthmole_int pada Selasa, 2 Juli 2024, dalam rilis yang dikeluarkan melalui forum dark web. 

Pemerintah dengan sumber daya yang begitu besar harus diakui gagal menjaga data yang begitu penting. Bahkan harus takluk oleh kelompok hacker karena tidak mampu memulihkan data yang dirusak. Tanpa tedeng aling-aling pihak-pihak yang menjaga data itu berkata tidak mampu melawan serangan hacker dan memulihkan data rakyat. 

“Kita berupaya keras melakukan recovery resource yang kita miliki. Yang jelas data yang sudah kena ransomware sudah tidak bisa kita recovery. Jadi sekarang menggunakan sumber daya yang masih kita miliki,” ujar Direktur Network dan IT Solution Telkom Herlan Wijanarko Rabu 26 Juni 2024. Benar-benar menyedihkan.

Saat hacker kemudian memberikan kuncinya, tanggapan pemerintah pun terkesan santai-santai saja. Beranda  “ Back up semua data nasional kita sehingga kalau terjadi sesuatu kita tidak akan bisa diganggu gugat. Dan ini juga terjadi di negara-negara lain, bukan hanya di Indonesia saja,” kata Presiden Jokowi Rabu 3 Juli 2024. 

Memang benar, tidak hanya Indonesia yang diserang, tetapi juga harus diingat hanya Indonesia yang akhirnya dipermalukan dengan pemberian kunci secara gratis.  Kebobolan itu sudah merupakan hal yang menunjukkan betapa lemahnya keamanan cyber Indonesia. Menyerah kemudian mengandalkan belas kasihan hackher jelas sebuah pukulan di wajah. Di dunia nyata, ini ibarat negara menyerah pada maling dan bahkan dikasihani oleh maling.

Pakar Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya juga mengakui kejadian seperti lumpuhnya sistem PDN pernah terjadi di beberapa negara. Namun menurut Alfons, kejadian di Indonesia tergolong lebih parah.

Masalah utamanya menurutnya adalah lemahnya  sistem keamanan PDN. Alfons mengungkapkan, PDN merupakan infrastruktur penyimpanan data layaknya Amazon Web Services (AWS). Namun pada kenyataannya, PDN tidak memiliki proteksi keamanan yang kuat.

"Administrasinya selevel (Amazon Web Services) itu. Jadi kami lihat bahwa levelnya Amazon, administrasinya selevel seperti warnet," ujar dalam acara diskusi seputar 'Pusat Data Bocor, Siapa Teledor' yang berlangsung secara online, Sabtu 29 Juni 2024.

Terpisah Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan peretasan PDN ini sebagai tragedi kegagalan negara dalam mengantisipasi dan memitigasi di era digital.

“Era digital ini sudah 10 tahun digelorakan pemerintah, tapi ternyata pemerintah nampak gagap, tidak siap mengantisipasi era digital itu sendiri. Infrastruktur dan SDM juga tidak siap, sehingga hal ini menjadi tragedi dan kegagalan negara,” kata Tulus Abadi.

Karena PDN dikelola satu pintu, maka ketika diretas hacker, akibatnya seluruh pelayanan publik terutama yang strategis menjadi lumpuh dan terganggu di lapangan.“Selain lumpuhnya pelayanan publik, yang sering tidak disadari adalah perundungan data pribadi milik masyarakat. Di era digital ini, data pribadi ini menjadi harta karun kita. Harusnya menjadi perhatian utama pemerintah,” ujarnya.

Sedangkan Pengamat Telematika dan IT Roy Suryo mengatakan, kerugian negara dari kasus peretasan PDN ini sangat besar bagi publik dan keamanan negara. “Kalau yang tidak mengerti, bilang aman-aman saja karena data kita dikunci. Tetapi kalau dari teori konspirasi justru banyak yang senang, datanya hilang,” kata Roy Suryo.

Sekali lagi pembobolan data semacam PDN memang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di banyak negara. Hanya saja membandingkannya tidak bisa hanya titik di situ. Perbedaan Indonesia dalam menanggapi kejadian juga jangan ditutupi.

Bersikap Jantan

Di banyak negara kasus kebocoran data diikuti sikap jantan pejabat untuk tidak hanya mengaku menyerah tetapi juga bertanggungjawab. Pada tahun 2017 misalnya dua menteri senior Swedia, Anders Ygeman (Menteri Dalam Negeri) dan Anna Johansson (Menteri Infrastruktur) mengundurkan diri. Ini  setelah terungkapnya kebocoran data besar-besaran di Badan Transportasi Swedia. 

Pada Agustus 2023 Adam Niedzielski, Menteri Kesehatan Polandia juga  mengundurkan diri setelah ia mengungkapkan data medis sensitif seorang dokter di media sosial.  Hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan dari komunitas medis dan kritik keras dari berbagai pihak. 

Di Amerika Serikat, Katherine Archuleta mengundurkan diri dari posisinya sebagai Direktur Kantor Manajemen Personalia  pada tahun 2015. Ini  setelah kebocoran data yang mempengaruhi lebih dari 21 juta pegawai federal.  

Di Indonesia? Sampai saat ini tidak ada satupun yang berani bertangungjawab. Padahal data yang diobrak-abrik adalah data yang jauh lebih besar.  Mungkin banyak yang tidak diketahui publik ada apa sebenarnya di balik layar drama ini. 

Tetapi yang jelas peretasan telah mengganggu banyak akvtitas lembaga. Bahkan telah menghancurkan martabat bangsa. Dan luar biasa ketika tidak ada satupun yang bertanggungjawab. Luar biasa.