<p>Awak media mengamati monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 &#8211; 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000. Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab (IHSG) terkoreksi cukup dalam hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Akhir Pekan Kelabu, IHSG Turun Tipis, Dana Asing Kabur Rp494 miliar

  • Pada penutupan bursa Jumat 16 Oktober 2020, IHSG terkoreksi tipis 1,73 basis poin atau 0,03% ke posisi 5.103,41. Pelemahan ini melanjutkan koreksi di hari sebelumnya yang mencapai 70,94 basis poin atau 1,37% ke level 5.105,51.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Akhir pekan rasanya tidak akan menjadi hari yang cukup menyenangkan bagi investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya selama dua hari beruntun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terbenam cukup dalam ke zona merah.

Pada penutupan bursa Jumat 16 Oktober 2020, IHSG terkoreksi tipis 1,73 basis poin atau 0,03% ke posisi 5.103,41.  Pelemahan ini melanjutkan koreksi di hari sebelumnya yang mencapai 70,94 basis poin atau 1,37% ke level 5.105,51.

Sepanjang perdagangan, IHSG hanya mampu membukukan transaksi sebesar Rp7,76 triliun. Namun beruntung, indeks saham LQ45 berhasil menguat tipis 0,07%.

Bersama dengan dua sektor pengungkit, yakni aneka industri dan tambang. Keduanya berhasil menguat 2,89% dan 0,75% sehingga sedikit menahan laju pelemahan yang lebih dalam untuk IHSG.

Tercatat sebanyak 181 saham bergerak menguat, 302 tidak bergerak, sisanya 229 emiten harus rela meneguk pelemahan. Dua emiten yang sedang mendapat sentimen positif terkait merger dan aksi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk holding kembali menjadi saham paling moncer hari ini.

PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) memimpin penguatan dengan total transaksi Rp764 miliar. Disusul PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) dengan total transaksi Rp614 miliar.

Di sisi lain, investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih dengan nilai yang fantastis. Total aksi jual bersih asing (net foreign sell/NFS) hari ini mencapai Rp494,33 miliar. Jumlah ini semakin menebalkan nilai NFS sejak awal tahun hingga Rp46,54 triliun.

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi emiten yang paling banyak diobral dengan nilai Rp142,3 miliar. Diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan total jual bersih asing Rp129 miliar.

Sebaliknya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menjadi saham yang paling banyak mencatatkan aksi beli bersih asing (net foreign buy/NFB) dengan total Rp10,6 miliar. Disusul PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar Rp9 miliar. (SKO)

10 Emiten dengan aksi beli bersih asing terbesar
  • TBIG: Rp10,6 miliar.
  • UNVR: Rp9 miliar.
  • MDKA: Rp7,7 miliar.
  • GGRM: Rp4,4 miliar.
  • CPIN: Rp4,3 miliar.
  • LPPF: Rp4,3 miliar.
  • ERAA: Rp2,8 miliar.
  • SIDO: Rp2,7 miliar.
  • BDMN: Rp2 miliar.
  • INDF: Rp1,3 miliar.
10 emiten dengan aksi jual bersih asing terbesar
  • TLKM: Rp142,3 miliar.
  • BBCA: Rp129 miliar.
  • BBRI: Rp120,7 miliar.
  • BMRI: Rp20,3 miliar.
  • ICBP: Rp18,2 miliar.
  • UNTR: Rp17,2 miliar.
  • BSDE: Rp15 miliar.
  • TOWR: Rp12 miliar.
  • SMGR: Rp11,4 miliar.
  • KLBF: Rp9,4 miliar.