<p>Gedung Krakatau Steel di kawasan Gatot Subroto Kuningan. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

Akhiri Kisah 8 Tahun Merugi, Krakatau Steel Bidik Pendapatan Rp28 Triliun pada 2021

  • Emiten pelat merah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membidik target pendapatan hingga Rp28 triliun pada 2021. Target yang dipasang emiten berkode KRAS ini lebih tinggi 43% dibandingkan realisasi pendapatan pada tahun buku 2020.

Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Emiten pelat merah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membidik target pendapatan hingga Rp28 triliun pada 2021. Target yang dipasang emiten berkode KRAS ini lebih tinggi 43% dibandingkan realisasi pendapatan pada tahun buku 2020.

Direktur Utama (Dirut) Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan perusahaan bakal berupaya melanjutkan tren laba bersih yang mulai diraup pada 2020.

Untuk diketahui, KRAS tercatat selalu membukukan rugi bersih selama 8 tahun, yakni pada periode 2012-2019.

“Dengan Krakatau Steel yang semakin efisien dan produktif, kami menjadi lebih kompetitif dalam melakukan aktivitas usaha kami yang berdampak terhadap peningkatan kinerja,” kata Silmy dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 28 Mei 2021.

Perbaikan kinerja KRAS tidak lepas dari adanya suntikan dana investasi pemerintah dalam skema program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada 2020. KRAS menerima dana hingga Rp2,2 triliun dari pemerintah untuk memperbaiki bisnis perusahaan yang terdampak pandemi COVID-19.

Usai disuntik pemerintah, perbaikan kinerja perusahaan pun mulai tampak. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Raihan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk mencapai US$23,6 juta atau setara Rp332,8 miliar (asumsi kurs Rp14.105 per dolar Amerika Serikat) sepanjang tahun buku 2020.

Capaian ini berhasil diperoleh setelah sebelumnya perseroan merugi hingga Rp7,1 triliun pada periode yang sama 2019.

Silmy mengatakan raihan laba bersih yang diperoleh perusahaan tidak lepas dari upaya efisiensi yang dilakukan pada tahun lalu. Tidak hanya itu, Silmy juga mengatakan bisnis perusahaan semakin menunjukan pemulihan mulai akhir 2020.

Perusahaan mampu menurunkan biaya operasional sebesar 41% dari Rp Rp4,8 triliun pada 2019 menjadi Rp2,8 triliun pada 2020.  Penurunan ini terjadi pada biaya energi yang susut 46% menjadi Rp295 miliar, penurunan biaya utility sebesar 27% menjadi Rp564 miliar.

Sementara itu, biaya consumable dan sparepart masing-masing turun 61% dan 59% menjadi Rp230 miliar dan Rp65 miliar pada 2020

Adapun total aset KRAS masih tumbuh meski tipis, yakni Rp49 triliun atau meningkat 6,06% dibandingkan dengan Rp46,2 triliun pada 2019.

Silmy mengaku, tahun ini pihaknya akan mengoptimalisasi kerja sama pabrik hulu (iron and steel making) dengan mitra strategis untuk pengembangan bisnis long product dan peningkatan bisnis baja flat product.

“Kami akan mengundang investor baru untuk membentuk perusahaan patungan iron & steel making (ISM). Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh potensi pengoperasian kembali untuk menjamin ketersediaan bahan baku kompetitif,” ujarnya. (RCS)