<p>Menteri BUMN, Erick Thohir. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

&#8220;Akhirnya, Erick Thohir Bikin BUMN Lebih Mandiri&#8221;

  • Sejumlah bankir Bank Mandiri mencengkeram posisi-posisi penting di BUMN maupun korporasi pelat merah, mulai dari direktur, direktur utama, komisaris, hingga wakil menteri BUMN. Simak ulasan lengkapnya.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Awal September 2020, tiba-tiba dunia perbankan gegap gempita terutama bank pelat merah. Lima bankir PT Bank Mandiri (Persero) Tbk diboyong ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengangkat Royke Tumilaar dan empat bankir Mandiri lainnya sebagai direksi BNI menambah barisan peta sebaran ‘alumni’ Mandiri di kementerian hingga korporasi pelat merah kian menggurita.

Sebagai pemegang saham pengendali perwakilan pemerintah, Erick merombak jajaran direksi BNI, termasuk mencopot Direktur Utama Herry Sidharta yang baru menjabat seumur jagung.

Perombakan manajemen BNI dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 September 2020. Royke Tumilaar yang masih menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri kemudian digeser menggantikan Herry Sidharta di kursi pucuk pimpinan tertinggi BNI.

Tidak sendiri, Royke membawa empat punggawa di Bank Mandiri untuk menduduki jabatan direksi di BNI. Mereka adalah mantan Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Rumantir yang didaulat menjadi Direktur Corporate Banking BNI. Kemudian, mantan Senior Executive Vice President Wholesale Risk Bank Mandiri David Pirzada yang diangkat menjadi Direktur Manajemen Risiko BNI.

Selanjutnya, mantan Senior Vice President SME Banking Muhammad Iqbal yang diangkat menjadi Direktur Bisnis UMKM BNI. Terakhir, mantan Senior Vice President Strategy & Performance Management Bank Mandiri Novita Widya Anggraini yang diangkat sebagai Direktur Keuangan BNI.

Karyawan beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin, 6 Juli 2020. Logo baru yang diluncurkan pada Rabu, 1 Juli 2020 menjadi simbolisasi dari visi dan misi kementerian maupun seluruh BUMN dalam menatap era kekinian yang penuh tantangan sekaligus kesempatan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Talent Pool

Berkebalikan dengan Bumilangit Cinematic Universe (BCU) yang menarik aktor-aktor gaek muda bertalenta untuk bermain di film karakter superhero besutannya, Erick justru menyebar bankir Bank Mandiri ke berbagai jabatan strategis.

“Banyak yang bertanya kenapa banyak lulusan Bank Mandiri? Jadi dari 142 BUMN yang ada, Bank Mandiri masih menjadi talent pool terbaik. Karena itu Mandiri lagi, Mandiri lagi. Ini yang mengakui Bu Rini (Menteri BUMN 2014-2019 Rini Soemarno) juga,” ujar Erick pada Januari 2020.

Kali ini, Erick lewat Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menegaskan pemilihan bankir Mandiri untuk menduduki kursi direksi BNI merupakan pertimbangan sosok-sosok kompeten di bidangnya. “Pak Erick cari sosok dari berbagai perusahaan agar BNI go global. Dan kebetulan saja orang-orangnya Bank Mandiri, ini kebetulan. Jadi, jangan dilihat ini dari Bank Mandiri, bukan gitu,” ucapnya.

Pertimbangan menunjuk bankir Mandiri di BNI adalah penyegaran dan kekompakan. Lihat saja, setelah direksi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN dilakukan penyegaran, menurut Erick kinerjanya meningkat. Terlebih saat ini industri jasa keuangan, khususnya perbankan tengah menghadapi dampak pandemi COVID-19 yang memukul kinerja himpunan bank-bank milik negara (Himbara).

Apabila diselisik, empat bankir Mandiri jugalah yang menduduki kursi direksi BTN. Di sana, ada Pahala Nugraha Mansury sebagai direktur utama, Jasmin sebagai direktur distribution & retail funding, Setiyo Wibowo yang menjadi direktur enterprise risk management, big data & analytics, serta Nixon L.P Napitupulu yang menjabat sebagai direktur keuangan, perencanaan, dan treasury.

Alasan selanjutnya adalah terkait kekompakan di BNI. Erick ingin agar ada keselarasan antara direksi dan komisaris perusahaan pelat merah, termasuk BNI. Nah, di jajaran komisaris ternyata ada Mantan Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo yang merupakan bekas Dirut Bank Mandiri. Agus Marto yang menjabat sebagai Komisaris Utama BNI diharapkan bakal kompak dengan Dirut Royke Tumilaar sebagai sesama alumnus Mandiri.

Tidak hanya Bank Mandiri, Erick juga bilang ada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom yang menjadi talent pool bagi perusahaan pelat merah. Lulusan Telkom disebut-sebut Erick banyak disebar ke BUMN lain, seperti Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir.

Berikut sejumlah bankir Bank Mandiri yang mencengkeram posisi-posisi penting di BUMN maupun korporasi pelat merah yang dirangkum TrenAsia.com.

Menteri BUMN Erick Thohir dan Wamen BUMN Kartika Widjoatmodjo serta Budi Gunadi Sadikin / Dok. Kementerian BUMN

Wakil Menteri

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat dua Wakil Menteri (Wamen) BUMN untuk mendampingi Erick Thohir pada akhir Oktober 2019. Keduanya adalah Kartika Wirjoatmodjo dan Budi Gunadi Sadikin yang sama-sama bekas Dirut Bank Mandiri.

Saat ditunjuk sebagai Wamen BUMN, Kartika masih menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri. Bahkan, Kartika pernah menduduki jabatan strategis di luar Bank Mandiri, seperti CEO Indonesia Infrastructure Finance (IIF) dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Selanjutnya, Nama Budi Gunadi Sadikin menjadi kian sohor setelah diangkat sebagai Wamen BUMN. Perbankan dan korporasi sebenarnya tidak asing dengan pria alumnus Institute Teknologi Bandung (ITB) yang akrab disebut BGS ini.

Sebelum menjabat sebagai Wamen BUMN, BGS memimpin holding BUMN tambang MINE ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum. Di bawah dialah, Inalum resmi mengakuisisi divestasi saham PT Freeport Indonesia.

BGS sempat menjadi Staf Khusus Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno pada 2016-2017. Pengangkatan itu menjadi akhir jabatan BGS sebagai Direktur Utama Bank Mandiri 2013-2016 setelah sebelumnya menjadi direktur micro and retail banking di bank berlogo pita kuning tersebut.

Bukan hanya Wamen BUMN, tapi ada nama Alex Denni yang menduduki kursi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya setingkat Eselon I Kementerian BUMN. Alex diangkat sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian BUMN oleh Erick Thohir.

Alex pernah menduduki posisi Chief Human Capital Officer di BNI pada 2016 hingga 2018. Jabatan terakhir Alex ialah sebagai Direktur Human Capital dan Transformasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk sejak 2018. Sebelum ke Jasa Marga, Alex juga sempat bekerja sebagai Chief Learning Officer & Head of Corp. University Bank Mandiri.

Di sinilah kuncinya, Erick menugaskan Deputi SDM Alex Denni untuk mendorong peningkatan kualitas SDM atau talenta yang ada di BUMN. Dia menyebut pengembangan talenta termasuk dalam salah satu poin dalam lima prioritas BUMN hingga 2024.

Mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo meninggalkan Gedung KPK seusai diperiksa di Jakarta, Kamis 25 Juni 2020. Foto: POOL

Komisaris

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, nama bankir Bank Mandiri juga menduduki jabatan komisaris di berbagai perusahaan pelat merah. Nama Agus D.W Martowardojo mungkin menjadi sosok paling hangat dibicarakan saat ada pergantian direksi BNI baru-baru ini.

Agus Marto merupakan mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggantikan Sri Mulyani Indrawati. Dia juga pernah menduduki kursi Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 2013-2018. Nah, Agus Marto ini ternyata pernah menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri pada 2005-2010. Lalu, pada RUPST BNI Februari 2020, Agus ditunjuk menjadi Komisaris Utama BNI.

Selain menjabat sebagai Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo juga merangkap jabatan sebagai Komisaris Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Dia diangkat sebagai Komut BRI pada 18 Februari 2020. Sebelum menjadi Komut BRI, Kartika juga sempat menjabat sebagai Komut Bank Mandiri.

Berkas Bos Bank Mandiri Zulkifli Zaini juga berada dalam jajaran bankir yang menjabat posisi-posisi puncak perusahaan pelat merah. Dia sempat ditunjuk sebagai Komisaris PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN pada 2013-2015.

Usai purnatugas di PLN, Zulkifli kemudian menjadi Komisaris Independen BNI periode 2015-2016. Setelah itu, dia menempati posisi Komisaris Independen PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) 2016-2017. Kini, Zulkifli Zaini kembali ke PLN dengan posisi sebagai dirut.

Dirut PLN Zulkifli Zaini dan Wamen BUMN Budi Gunadi Sadikin / Dok. Kementerian BUMN

Direksi BUMN

Tidak hanya di dunia perbankan, ternyata sederet lulusan Bank Mandiri juga menempati posisi direksi BUMN nonkeuangan. Bahkan, rerata bankir-bankir bank bersandi saham BMRI ini menduduki kursi paling penting di perusahaan pelat merah sebagai direktur utama.

Tengok saja, Zulkifli Zaini yang merupakan bekas bos Bank Mandiri saat ini menjadi Dirut PLN. Di PT Kereta Api Indonesia (Persero), nama Dirut KAI Didiek Hartantyo juga merupakan lulusan Bank Mandiri.

Bos KAI ini lama berkarier di Bank Mandiri. Dia pernah menjabat sebagai Senior Vice President (VP) pada 2009 sampai Februari 2011. Kemudian berlanjut menjadi Executive VP pada Februari 2011 sampai Januari 2016.

Di BUMN pertambangan, ada nama Ogi Prastomiyono yang menjabat sebagai Direktur Layanan Strategis MINE ID atau Inalum sebagai holding BUMN tambang. Di Bank Mandiri, Ogi pernah menjabat sebagai Direktur Compliance & Human Capital (2008-2014), Direktur Compliance & Legal (2014-2015), Direktur Risk Management & Compliance (2015), Direktur Technology & Operations (2015-2016), dan Direktur Operations (2016-2018).

Selanjutnya, ada nama Direktur Keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Tardi. Dia yang diangkat sebagai Dirkeu Krakatau Steel sejak 18 April 2018 tersebut juga merupakan jebolan Bank Mandiri. Tardi adalah Direktur Bank Mandiri era Budi Gunadi Sadikin.

Masih di emiten tambang pelat merah, ada nama Anton Herdianto yang menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam. Di Bank Mandiri, Anton terakhir kali menjabat sebagai Senior Vice President Small Medium Enterprise Banking Group pada 2017-2018.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Royke Tumilaar yang kini menjadi Dirut BNI / Facebook @bankmandiri

Nakhoda Himbara

Tentu saja, bankir-bankir Mandiri juga menduduki posisi penting di bank-bank pelat merah alias Himbara. Tercatat empat bank BUMN dipimpin oleh jebolan Bank Mandiri.

Nakhoda tiga bank pelat merah saat ini resmi dikuasai bankir Bank Mandiri. Teranyar, Royke Tumilaar diangkat sebagai Dirut BNI yang menggenapi seluruh bos Himbara bekas bankir Bank Mandiri.

Lihat saja, Dirut BRI Sunarso ternyata juga alumnus Bank Mandiri. Di bank berlogo pita kuning tersebut, Sunarso pernah menjabat sebagai Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri periode 2010-2015.

Lalu ada Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury. Sebelum di BTN, Pahala merupakan bankir Bank Mandiri pada 2003-2010. Jabatan terakhir Pahala di Bank Mandiri adalah direktur keuangan. Bahkan, Pahala sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero).

Selanjutnya di jajaran direksi BTN, Pahala tidak sendiri sebagai jebolan Bank Mandiri. Ada nama Jasmin sebagai direktur distribution & retail funding, Setiyo Wibowo yang menjadi direktur enterprise risk management, big data & analytics, serta Nixon L.P Napitupulu yang menjabat sebagai direktur keuangan, perencanaan dan treasury BTN.

Di BRI, Sunarso juga tak menjadi satu-satunya jebolan Bank Mandiri. Ada Handayani yang menjabat sebagai direktur konsumer, Agus Sudiarto yang menjabat sebagai direktur manajemen risiko.

Kehadiran bankir Bank Mandiri dianggap menjadi daya pikat tersendiri di sejumlah bisnis Kementerian BUMN. Sebagai korporasi kompleks penyumbang dividen negara hingga bisnis perintis, BUMN dinilai membutuhkan seseorang yang punya keahlian di bidang keuangan.

Seorang bankir dipercaya memiliki kompetensi yang luas dan spesifik mengenai dunia keuangan dan pembiayaan. Hal ini dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan jaringan yang lebih luas karena berpotensi besar menumbuhkan perusahaan.

Apakah “Memandirikan Bank BUMN” ini juga menjadi salah satu langkah menuju konsolidasi sektor jasa keuangan bank-bank pelat merah yang alot sejak dulu? Kita lihat saja! (SKO)