<p>Lanskap bangunan pusat perbelanjaan Lippo Mall Puri, di kawasan Jakarta Barat, Minggu, 6 September 2020. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjual kepemilikan atas Lippo Mall Puri yang saat ini dikelola oleh anak usahanya PT Mandiri Cipta Gemilang (MCG) kepada penjual yang juga merupakan pihak yang terafiliasi dengannya yakni PT Puri Bintang Terang (PBT). Nilai transaksi pengalihan diperkirakan sebesar total Rp 3,50 triliun, belum termasuk PPN, Rencana transaksi dilaksanakan merupakan bagian dari strategi asset-light yang dijalankan perseroan dan dilakukan untuk meningkatkan likuiditas perseroan dan hasil yang akan diterima oleh perseroan dari pelaksanaan rencana transaksi akan digunakan antara lain untuk membiayai kegiatan operasional perseroan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

Akibat Boncos, Lippo Karawaci (LKPR) Bakal Tender Offer Global Bond Lagi

  • Salah satunya utang obligasi dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan oleh Theta Capital Pte Ltd, anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) senilai US$822,03 juta atau sekitar Rp12,35 triliun

Korporasi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA - Kondisi ekonomi yang belum stabil ternyata ikut menggoyahkan konglomerasi Lippo Group. Setelah proyek Meikarta banyak menerima protes dari konsumen lantaran unit properti yang sudah dibeli tak kunjung selesai, Lippo juga harus menghadapi besarnya beban bunga akibat utang yang menggunung.

Salah satunya utang obligasi dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan oleh Theta Capital Pte Ltd, anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) senilai US$822,03 juta atau sekitar Rp12,35 triliun.

Dari nilai obligasi yang diterbitkan di Bursa Efek Singapura itu, LPKR memiliki beban bunga yang sangat besar. Berdasarkan laporan keuangan 30 September 2022 yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia, nilainya mencapai Rp273,60 miliar. Besarnya beban bunga ini disebabkan oleh bunga obligasi yang tinggi.

Untuk mengurangi beban keuangan, Theta Capital berencana melakukan penawaran tender atas utang-utangnya yang akan jatuh tempo pada tahun 2025 dan tahun 2026.

Untuk menjalankan rencananya ini, LPKR telah menunjuk Bank BNI dan Bank CIMB Niaga sebagai mandated lead arrangers dan bookrunners. BNI akan menjadi bank rekening dam Bank CIMB Niaga sebagai agen dan agen penjaminan.

"Theta bermaksud mengajukan penawaran untuk membeli sebagian dari obligasi 2025 dan obligasi 2026," jelas Corporate Secretary LPKR Ratih Sawitri, Kamis (12/1).

Sejalan dengan rencana penawaran tender ini LPKR akan berusaha mengoptimalkan struktur permodal dan memperoleh pendanaan dalam denominasi rupiah. Hal ini disebabkan adanya volatilitas di pasar dan suku bunga dolar AS yang cenderung meningkat.

Rencana pembelian sebagian obligasi dolar AS ini sebenarnya bukan hal baru. Theta beberapa kali telah melakukannya.

Berdasarkan laporan keuangan LPKR, obligasi jumbo perseroan tersebut diterbitkan dalam beberapa periode. Pertama kali pada 31 Oktober  2016, TC menerbitkan obligasi (unsecured bond) senilai US$425 juta dengan bunga 6,75% per tahun. Pada 27 Maret 2019 LPKR melunasi sebagian dan tersisa US$417 juta. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 31 Oktober 2026.

Penerbitan unsecured bond berlanjut di 22 Januari 2020 senilai US$325 juta berbunga 8,125% per tahun. Bulan Juli dan Agustus 2022, LPKR membayar sebagian obligasi itu, sehingga obligasinya menjadi US$310 juta.

Akibat pelunasan sebagian itu LPKR harus menanggung rugi Rp45,39 miliar. Obligasi ini akan jatuh tempo 22 Januari 2025. Bunganya harus dibayar tiap 6 bulan.

Pada 18 Februari 2020, TC kembali menerbitkan unsecured loan sebesar US$95 juta dengan bunga 8,125% per tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 22 Januari 2025.

Tiga lembaga pemeringkat utang memberikan penilain berberbeda atas surat utang LPKR itu. Standard & Poor's dan Fitch memberi peringkat B- dan S&P Global Ratings Singapura Pte. Ltd B3. Pada 18 Oktober 2021, kerjasama demgan S&P dihentikan.

Sampai kuartal III-2022, LPKR mencatat rugi bersih senilai Rp495,17 miliar. Kerugian besar itu salah satunya berasal dari beban keuangan yang mencapai Rp480,74 miliar.