<p>Emiten pemurnian gas PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) / Sep.co.id</p>
Korporasi

Akibat Maintenance, Surya Esa Perkasa (ESSA) Tutup Pabrik Amonia Sebulan

  • Emiten gas PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mengumumkan pihaknya saat ini sedang menutup pabrik amonia yang dikelola anak usahanya.
Korporasi
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Emiten gas PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mengumumkan pihaknya saat ini sedang menutup pabrik amonia yang dikelola anak usahanya, PT Panca Amara Utama. Penutupan selama sebulan ini akibat harus dilakukannya pemeliharaan atau maintenance.

Corporate Secretary ESSA Erfine Kumala Furi mengatakan anak usaha tersebut berinisiatif untuk melakukan turnaround maintenance pertama sejak commissioning pabrik.

Turnaround maintenance tersebut merupakan kegiatan sangat penting bagi keberlangsungan pabrik dan dilakukan saat pabrik berada dalam keadaan shutdown, termasuk pergantian dan pemeliharaan korektif peralatan dan katalis, yang akan berlangsung selama 1 bulan,” ujarnya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 21 Oktober 2021.

Erfine memastikan manajemen Panca Amara Utama akan memastikan kegiatan maintenance tersebut dilakukan dengan aman, efisien, dan tepat waktu.

Dirinya juga menyebut penutupan sementara pabrik ini memiliki dampak terhadap kegiatan operasional ESSA. Akan tetapi, tidak ada dampak hukum, kondisi keuangan, ataupun kelangsungan usaha perusahaan.

Mengutip laporan keuangan interim di BEI, ESSA mencatatkan pendapatan sebesar US$138,93 juta atau setara Rp2,01 triliun (asumsi kurs Rp14.492 per dolar AS). Jumlah ini meningkat 45,05% dibandingkan dengan semester I-2020 yang sebesar US$95,78 juta.

Pendapatan ESSA terutama didapatkan dari penjualan amonia sebesar US$120,51 juta, meningkat 51,2% dari sebelumnya US$79,69 juta. Lalu, penjualan LPG tercatat US$16,72 juta, meningkat 17,4% dari US$14,24 juta. Terakhir, jasa pengolahan tercatat US$1,7 juta, turun dari US$1,85 juta.

Meski mencatatkan kinerja gemilang di top line¸ catatan bottom line ESSA tercatat negatif. Perusahaan mencatat rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$10,73 juta (Rp155,44 miliar) pada semester I-2021. 

Catatan rugi tersebut bahkan lebih parah 58,9% dari rugi bersih periode yang sama tahun lalu sebesar US$6,77 juta.

Kerugian ini terutama disebabkan oleh membengkaknya beban keuangan ESSA pada semester I-2021. Beban keuangan tercatat melonjak 236% menjadi US$62,17 juta dari sebelumnya US$18,45 juta pada semester I-2020.

Beban keuangan tersebut terdiri dari bunga atas pinjaman utang bank sebesar US$30,61 juta, melonjak dari sebelumnya US$15,64 juta. Lalu, amortisasi biaya transaksi utang bank sebesar US$24,27 juta, melonjak dari sebelumnya US$1,52 juta. Terakhir, biaya bank lain-lain juga melonjak dari US$1,29 juta menjadi US$7,29 juta.

ESSA memiliki aset sebesar US$783,58 juta per 30 Juni 2021. Liabilitas tercatat sebesar US$521,21 juta sementara ekuitas tercatat sebesar US$262,37 juta.