<p>Lalu lintas di Jalan Sudirman. Foto oleh: Dimas Ardian/Bloomberg.</p>
Nasional

Akibat PSBB, 2,5 Juta Orang Mudik Lebih Cepat dari Jakarta

  • Selain opsi lockdown, pandemi virus corona (COVID-19) telah membuat banyak negara mengambil keputusan besar, salah satunya membatasi perjalanan, terutama dari dan ke wilayah yang terdampak virus ini.

Nasional
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Selain opsi lockdown, pandemi virus corona (COVID-19) telah membuat banyak negara mengambil keputusan besar, salah satunya membatasi perjalanan, terutama dari dan ke wilayah yang terdampak virus ini.

Hal ini menyebabkan adanya migrasi secara massal, tak terkecuali di Jakarta, Ibu kota negara Indonesia yang merupakan jantung ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Sebagai imbas dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan mulai hari ini, Jumat, 10 April 2020, diperkirakan sebanyak 2,5 juta pekerja migran akan meninggalkan Jakarta untuk pulang ke kampung halaman mereka. Pasalnya, meski aturan ini dilakukan lebih ketat daripada sebelumnya, yakni physical distancing, tetapi pembatasan tersebut tidak termasuk larangan perjalanan.

Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) memang hanya ditinggali oleh 11 persen dari populasi masyarakat Indonesia. Namun, dua per tiga dari total kematian, alias 142 dari 280 jiwa yang meninggal akibat COVID-19, berada di wilayah ini. Sementara itu, data resmi dari pemerintah sendiri telah menunjukkan sebanyak 3.293 orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Berdasarkan pengamatan para analis, puncak penyebaran COVID-19 akan terjadi pada akhir musim semi karena satu dari delapan orang Indonesia melakukan perjalanan mudik menjelang Idulfitri. Hal ini dapat mengakibatkan potensi penyebaran virus corona semakin meluas.

Oleh karena itu, mayoritas para pekerja harian di Jakarta banyak yang terdorong untuk pulang kampung lebih cepat, menyusul penerapan PSBB di mana sekolah, kantor, tempat hiburan, dan kegiatan berkumpul lainnya dilarang secara tegas.

Jadi Juharno, seorang pekerja lepas yang bekerja di Jakarta, bersama istri dan anaknya berencana melakukan perjalanan mudik sejauh 250 kilometer ke kampungnya di Jawa Barat.

Meskipun diharapkan untuk tetap tinggal di Jakarta selama empat minggu, tetapi ia mengaku taka da lagi alasan untuk tetap tinggal.

“Saya akan segera kehilangan pekerjaan dan tidak berpenghasilan,” kata Juharno.

Dengan kembali ke kampung, lanjutnya, setidaknya ia tidak perlu mengkhawatirkan soal makanan karena saat ini merupakan masa panen.

Sementara itu, Profesor Politik Islam global di Univesitas Deakin Australia Greg Barton berpendapat, seperti halnya di Cina di mana masa-masa awal penyebaran virus bertepatan dengan tahun baru Imlek, momen Ramadan pun dapat menjadi “badai” bagi Indonesia.

“Jika orang yang terinfeksi berada di Kalimantan, Sumatra, atau daerah terpencil di Jawa, ini akan lebih membahayakan penduduk lokal lainnya di sana,” ungkap Greg seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat, 9 April 2020.

Presiden Joko Widodo sendiri mengambil kebijakan PSBB alih-alih lockdown karena mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia. Menurutnya, pilihan lockdown dinilai terlampau keras bagi warga miskin yang rentan ekonominya.

Krisis keuangan global yang dipicu oleh pandemi COVID-19 ini telah berdampak pada nilai tukar rupiah, saham, dan obligasi negara. Bahkan, tingkat pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan turun hingga 2,3 persen pada tahun ini.

Proyeksi yang lebih buruk pun kemungkinan dapat terjadi. Badan intelijen negara dan para peneliti bahkan memperkirakan pertambahan pasien positif virus corona mencapai hingga 95.000 kasus pada akhir Mei mendatang.

“Jika langkah-langkah tegas tidak segera dilakukan, kasus bisa saja mencapai lebih dari 2 juta,” ujar seorang professor kesehatan masyarakat di Universitas Indonesia Pandu Riono, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat, 9 April 2020.

Dalam tingkatan nasional, katanya, harus segera diambil tindakan karena virus corona bukanlah virus biasa.

“COVID-19 tidak hanya menyebar di Jakarta, tetapi di seluruh negeri,” kata Pandu.

Ia juga mengungkapkan bahwa negara telah gagal melakukan persiapan lebih dini sehingga saat ini Indonesia mengalami kekurangan alat pelindung diri (APD) dan pasokan tenaga medis. Bahkan, menurut data dari Asosiasi Medis Indonesia, lebih dari 24 dokter yang menangani pasien COVID-19 telah meninggal dunia.

Dengan demikian, Jokowi diharapkan dapat melakukan penutupan total di beberapa titik. Namun, untuk saat ini langkah-langkah mitigasi telah diserahkan kepada gubernur di masing-masing daerah. Meskipun ada pembatasan wilayah, mereka diminta untuk tetap mempertimbangkan perjalanan domestik yang menyangkut kepentingan kesehatan.

Pada hari Kamis, 9 April 2020, Presiden Jokowi juga telah mengumumkan adanya larangan mudik bagi ASN, TNI, Polri dan pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan masyarakat sendiri tetap dihimbau agar terus menaati imbauan physical distancing.