
Akibat Ulah Amerika, Harga Minyak dan Emas Melompat Tinggi
JAKARTA – Pembunuhan terhadap salah satu pimpinan militer Iran, Jenderal Qassem Soleimani di Bandar Udara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1) lalu telah menjadi booster bagi kenaikan harga minyak dan emas di pasar global. Harga patokan minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari melonjak 4,5% atau USD 2,85 menjadi USD 63,27 per barel.
Home
JAKARTA – Pembunuhan terhadap salah satu pimpinan militer Iran, Jenderal Qassem Soleimani di Bandar Udara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1) lalu telah menjadi booster bagi kenaikan harga minyak dan emas di pasar global. Harga patokan minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari melonjak 4,5% atau USD 2,85 menjadi USD 63,27 per barel.
Dikutip dari CNBC, Sejak Senin (6/1) Benchmark internasional, harga minyak mentah Brent naik 4,2%, atau USD 2,86, menjadi USD 71,24 per barel, sebelum kembali ke angka USD 70,68.
Harga emas batangan Antam naik dari Rp 783.000 menjadi Rp 784.000. Angka ini diperkirakan akan terus naik bahkan mencapai Rp 800.000 per gram. Dalam setahun harga emas sudah melonjak lebih dari 22 persen, lompatan tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Sebelumnya pada Senin (6/1), harga pasar emas global naik 2,3 persen menjadi USD 1.588,13 per ons. Harga ini merupakan yang termahal sejak April 2013.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menyebutkan ketegangan di Timur Tengah menjadi sentimen yang mendorong naiknya harga minyak mentah dan emas dunia. “Ancaman saling serang antara Iran dan AS, mengakibatkan sentimen emas meningkat. Alhasil, harga emas melambung melampaui rekor kemarin,” lanjutnya.
Melonjaknya harga emas dan minyak mentah dunia terbaru ini dipicu oleh serangan Iran terhadap pangkalan Militer AS di Irak. Serangan Iran tersebut merupakan aksi balas dendam atas kematian Soleimani. Iran sendiri secara terbuka mengklaim serangan tersebut. Serangan tersebut juga diakuinya bukan dari salah satu kelompok proksi bangsa di wilayah tersebut.
Lembaga keuangan asal AS, Firm Capital, menyebutkan bahwa harga minyak jenis WTI akan dengan mudah berada di atas 70 dollar AS per barel pada pembukaan pasar waktu AS.
Menurut John Kilduff dari Again Capital, harga minyak saat ini harus menunggu laporan berapa korban AS akibat serangan itu. Hal ini akan berdampak terhadap respon yang akan diberikan AS.
Imbas Serangan Iran terhadap Rupiah
Pagi ini (8/1), mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Terpantau, won Korea melemah sebesar 0,96 persen, ringgit Malaysia 0,51 persen, dolar Singapura 0,16 persen, dan lira Turki 0,16 persen. Sementara nilai tukar rupiah melemah ke Rp13.915 per dolar AS atau sebesar 0,27 persen pada perdagangan pasar spot.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, sentimen dari serangan balasan Iran kepada basis Militer AS menyebabkan pelemahan rupiah. Menurutnya, serangan balasan ini bisa memicu aksi saling membalas. Hal ini dapat berujung perang di Timur Tengah, yang berpotensi mempengaruhi perekonomian secara global.
“Harga minyak mentah yang turut naik juga memiliki potensi membebani rupiah,” pungkasnya di Jakarta (8/1).