<p>Wajah dengan latar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diambil secara multi exposure di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jum&#8217;at, 25 September 2020. Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dan ditutup menguat 103,03 poin atau 2,13 persen ke posisi 4.945,79 pada hari ini, setelah empat hari beruntun parkir di zona merah. Penguatan indeks hari ini ditopang kenaikan saham-saham berkapitalisasi jumbo alias big caps. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Aksi Jual Asing Capai Rp2,03 Triliun: BBRI dan PGAS Diobral, BBCA dan BMRI Diborong

  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak perkasa di perdagangan sesi II, Rabu 7 Oktober 2020. Meski sempat terperosok ke level 4.967 pada pukul 13.25 WIB, namun IHSG bisa kembali menguat pada 1 jam terakhir perdagangan hingga ditutup di atas level psikologis 5.004,32.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak perkasa di perdagangan sesi II, Rabu 7 Oktober 2020. Meski sempat terperosok ke level 4.967 pada pukul 13.25 WIB, namun IHSG bisa kembali menguat pada 1 jam terakhir perdagangan hingga ditutup di atas level psikologis 5.004,32.

Tetapi penguatan IHSG ini bisa dikatakan cukup terbatas mengingat kenaikannya yang amat tipis, yakni 5,10 basis poin atau 0,1%. Apalagi, penguatan IHSG hari ini juga tidak didukung oleh pergerakan saham indeks LQ45 yang tumbang 0,01%.

Dilihat dari sisi sektoral, penguatan IHSG ini ditopang oleh dua sektor, yaitu consumer goods dan industri manufaktar. Tercatat, keduanya mengalami penguatan tipis masing-masing 0,63% dan 0,48%.

Di sisi lain, sektor properti yang beberapa lalu sempat menguat signifikan kini malah jadi sektor penekan IHSG. Properti bersama dengan sektor perdagangan, jasa dan ivestasi sama-sama mengalami penurunan cukup dalam, yakni 1,56% dan 0,56%.

Omnibus Law

Sebelumnya CEO Finsevol Consulting Indonesia, Fendy Susanto memprediksi bahwa pergerakan IHSG hari ini memang bakal cukup tertekan dengan adanya kegaduhan yang diciptakan oleh pengesahan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).

Pengesahan UU sapu jagat omnibus law yang terlalu terburu, kata dia, bakal menyebabkan investor cenderung menahan investasinya sembari menunggu situasi lebih tenang dan kondusif.

“Ini ‘kan senyap. Protes juga banyak. Jadi mungkin IHSG pergerakannya terbatas saja. Kalaupun naik, tidak akan terlalu tinggi,” kata dia saat dihubungi TrenAsia.com.

Secara keseluruhan, pergerakan IHSG ini memang belum bisa dikatakan cukup kuat. Tercatat dari seluruh emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya ada 185 saham yang menguat. Sedang sisanya, sebanyak 229 bergerak statis, dan 228 menurun.

Total transaksi yang diperdagangakan hari ini Rp16,85 triliun dengan volume 16,29 miliar. Bahkan aksi jual bersih asing (net foreign sell) hari ini mencatatkan angka yang cukup tinggi, yakni Rp2,03 triliun. Capaian itu membuat net sell asing sejak awal tahun semakin tinggi menjadi Rp45,91 triliun.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling banyak diobral asing dengan total Rp379,7 miliar. Disusul PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) dengan catatan jual bersih asing Rp30,1 miliar.

Di sisi lain, saham-saham bervaluasi besar dari sektor perbankan seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) justru jadi saham paling diburu asing. BMRI mencatatkan aksi beli bersih (net foreign buy) Rp66,9 miliar. Sementara BBCA Rp37,4 miliar. (SKO)

10 saham paling diburu asing Rabu, 7 Oktober 2020
  1. BMRI: Rp66,9 miliar.
  2. BBCA: Rp37,4 miliar.
  3. UNVR: Rp23,9 miliar.
  4. CPIN: Rp11,1 miliar.
  5. GGRM: Rp8 miliar.
  6. INTP: Rp3 miliar.
  7. DMAS: Rp2 miliar.
  8. JSMR: Rp1,2 miliar.
  9. KLBF: Rp1,5 miliar.
  10. ACES: Rp1,2 miliar.
10 yang paling banyak dijual asing:
  1. BBRI: Rp379,7 miliar.
  2. PGAS: Rp30,1 miliar.
  3. BRMS: Rp19,1 miliar.
  4. INDF: Rp15,8 miliar.
  5. ADRO: Rp14 miliar.
  6. ICBP: Rp13,3 miliar.
  7. LPPF: 12,6 miliar.
  8. ASII: Rp12,2 miliar.
  9. LINK: Rp8,5 miliar.
  10. SMRA: Rp6,9 miliar.