Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 3 Januari 2022.
Nasional

Akui Tahun 2021 Sangat Sulit, Jokowi: Tahun Ini Kita Hadapi 5 Tantangan

  • Presiden Joko Widodo mengakui bahwa tahun 2021 merupakan salah satu tahun tersulit dalam pemerintahannya. Tahun ini ada lima tantangan bagi Indonesia.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengakui bahwa tahun 2021 merupakan salah satu tahun tersulit dalam pemerintahannya. Bukan karena krisis keuangan, melainkan karena digebuk varian Delta dari India yang membuatnya harus bekerja lebih keras dari biasanya.

"Di pertengahan Juli 2021, pada saat kasus harian kita mencapai 56 ribu, itulah saat yang betul-betul saya ingat kengerian, yang ada adalah kengerian, karena di lorong-lorong rumah sakit, di halaman rumah sakit, semuanya penuh dengan pasien COVID-19," katanya dalam Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 3 Januari 2022.

Meski hanya digebuk hampir dua bulan sebelum kembali melandai hingga akhir tahun, Jokowi mengatakan bahwa hanya kerja sama yang bisa mengeluarkan Indonesia dari cengkraman varian Delta. Semangat gotong royong yang dimiliki bangsa inilah yang menjadi amunisi untuk menghancurkan virus kiriman India.

"Kebersamaan, gotong-royong, inilah modal kita," pungkasnya.

Jokowi menyampaikan bahwa hingga 2 Januari 2021 kasus COVID-19 telah melandai seperti terjadi pada awal virus merebak di Maret 2022. Satgas COVID-19 mencatat kasus harian per 2 Januari hanya sebanyak 174 kasus.

Selain itu, vaksinasi juga telah mengalami percepatan meski meleset dari target. Hingga 2 Januari, total vaksinasi COVID-19 telah mencapai 281281.299.690 dosis. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari vaksinasi dosis pertama dan kedua, vaksinasi anak-anak dan vaksinasi Gotong Royong.

Rinciannya, vaksinasi dosis lengkap telah mencapai 54,79% atau sebanyak 114.113.046 dari total target 208,26 juta orang. Sementara, dosis pertama mencapai 165.938.279 orang atau 79,68% dari target.

Kemudian, untuk vaksinasi anak-nak berusia 12-17 tahun baru mencapai 26.705.490 orang. Sebanyak 22.772.613 (85,27%) orang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan 17.147.064 (64,21%) orang dosis kedua.

Selain itu, vaksinasi COVID-19 yang diberikan melalui skema Gotong Royong mencapai 1.299.879 (8,67%) orang untuk dosis pertama dan 1.223.740 (8,16%) orang dosis kedua.

"Inilah yang harus kita syukuri dan kita jaga agar tidak terjadi kasus seperti tahun 2021 di pertengahan Juli 2021," papar Jokowi.

Menurut Jokowi, kondisi geografi Indonesia yang sulit membuat tenaga kesehatan tidak mudah melakukan vaksinasi. Keterlibatan TNI dan Polri serta relawan dalam program vaksinasi ini patut diapresiasi.

"Menyuntik 280 juta kali dalam waktu satu tahun bukan barang yang mudah, karena geografi kita yang harus vaksinasi dengan perahu, vaksinasi naik sepeda motor, jalan kaki ke atas gunung, bukan sesuatu yang mudah," tutur mantan Walikota Solo.

Hadapi 5 Tantangan

Tahun ini, Jokowi menyebutkan ada lima tantangan yang dihadapi Indonesia. Tantangan pertama adalah penyebaran varian Omicron. Saat ini Satgas COVID-19 telah menemukan sekitar 138 kasus varian Omicron di RI.

Tantangan kedua adalah kenaikan inflasi. Hal ini karena terjadi kenaikan harga bahan pangan sejak akhir tahun lalu yang diprediksi masih terjadi hingga tahun ini.

Ketiga, dampak tapering off yang dikeluarkan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Bayang-bayang tapering off telah mulai muncul sejak November lalu.

Keempat, turunnya rantai pasokan. Hal itu terbukti dari kehilangan kontainer yang biasa memasok komoditas karena rendahnya permintaan akibat pembatasan aktivitas.

Kelima, kelangkaan energi. Dampak dari kelangkaan energi global akan membuat permintaan ekspor Indonesia bisa menurun.

"Saya kira tantangan-tantangan itulah yang akan kita hadapi," pungkas Jokowi.

Meski dihadapkan pada tantangan, Jokowi optimistis bahwa dengan keandalan struktur fundamental ekonomi dalam negeri bisa menopang pemulihan.

Beberapa indikator yang sudah mulai terlihat sepanjang tahun lalu adalah kinerja ekspor yang begitu menggeliat. Selama 19 berturut-turut, neraca perdagangan mencatat surplus. Hingga November, surplus perdagangan mencapai US$34,4 miliar.

"Kalau kita lihat juga yang berkaitan dengan ekonomi, saya kira pemulihan ekonomi kita ini cukup kuat. Neraca dagang kita surplus US$34,4 miliar, dalam 19 bulan surplus terus, belum pernah kita mengalami seperti ini. Ekspor kita juga naik 49,7 persen year on year (yoy). Impor juga naik, bahan baku, bahan penolong 52,6 persen," papar Jokowi.

Selain itu, indikator konsumsi dan produksi juga menguat. Keyakinan konsumen jika dibandingkan dengan Maret 2021 yang 113,8% (persen), per November sudah 118,5%. 

Kemudian spending index juga sudah naik ke 120,5%. Kemudian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur juga sudah naik di atas level sebelum pandemi di kisaran 51. Bahkan pada Oktober 2021 mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di level 57,2.

"Saya meyakini dengan semangat kerja keras kita bersama, tantangan-tantangan itu akan bisa kita lalui dengan baik," ungkap Jokowi.