<p>Menteri BUMN Erick Thohir saat berkunjung ke pabrik farmasi PT Indofarma Tbk (INAF) yang memproduksi obat Ivermectin / Dok. Kementerian BUMN</p>
Korporasi

Akumulasi Kerugian Terus Membesar, Indofarma Minta Pinjaman Pemegang Saham Lagi

  • Liabilitas Indofarma mencapai 98,72% dari total aset
Korporasi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Kondisi kinerja keuangan PT Indofarma Tbk (INAF) belum sehat juga. Alih-alih mendulang untung, kerugian Indofarma justru terus membesar.

Tahun lalu, kerugian Indofarma terbang 10 kali lipat menjadi Rp428 miliar dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp37 miliar. Teranyar, emiten farmasi ini sudah mencatatkan rugi Rp61,79 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini.

Tak hanya rugi, posisi ekuitas INAF terjun bebas dari Rp86,35 miliar pada 31 Desember 2022 menjadi hanya Rp24,56 miliar pada akhir Maret 2023. Padahal, dalam jangka pendek, INAF masih menghadapi sejumlah kewajiban yang harus dibayar baik kepada pihak berelasi maupun pihak ketiga. Termasuk, pinjaman kepada pemegang saham dan pinjaman bank. 

Hingga 31 Maret 2022, posisi liabilitas bengkak menjadi Rp1,55 triliun dari sebelumnya Rp1,44 triliun pada akhir tahun. Mirisnya, aset konsolidasian Indofarma berjumlah Rp1,57 triliun, artinya jumlah utangnya menggerogoti 98,72% dari total aset yang dimiliki perusahaan.

Dari total liabilitas, 33,76% di antaranya berasal dari pinjaman kepada pemegang saham. Berdasarkan komposisi pemegang saham, PT Biofarma (Persero) menggenggam 88,66%, lalu PT Asabri (Persero) 7,34%, dan publik 11,99%.

Berdasarkan catatan 28 laporan keuangan kuartal III-2023, Indofarma memiliki utang kepada pemegang sahamnya senilai Rp523,95 miliar. Terbagi atas utang jangka pendek Rp104,78 miliar dan utang jangka panjang Rp419,72 miliar.

Mau Pinjam Lagi

Belum cukup besar jumlah utangnya kepada pemegang saham, Indofarma sudah mengajukan kembali pinjaman ke investornya senilai Rp157 miliar. Berdasarkan prospektus, pinjaman ini akan diberikan oleh PT Biofarma (Persero) dengan suku bunga sebesar 7% per tahun.

Jika pinjaman ini cair, Indofarma sudah berutang kepada pemegang saham senilai Rp680,95 miliar. Angka fantastis ini belum termasuk dengan utang-utang Indofarma kepada pihak lain selain pemegang saham. 

INAF menjelaskan, perusahaan membutuhkan pinjaman ini untuk memenuhi kebutuhan modal kerja khususnya untuk membiayai pemenuhan kebetuhan restrukturisasi penyelamatan perseroan. Sebagaimana diketahui, kerugian yang terus menggunung memengaruhi posisi keuangan dan kemampuan Indofarma dalam melangsungkan kegiatan usaha. 

“Untuk itu, perseroan membutuhkan fasilitas standby loan guna kelancaran kegiatan operasinya agar tidak terhambat khususnya terkait pembayaran ke vendor dan lainnya.”

Pendanaan alternatif melalui pinjaman bank juga menjadi pertimbangan, namun proses pengajuan yang cukup memakan waktu dan tingkat suku bunga bank saat ini, maka Indofarma memutuskan untuk mengajukan fasilitas pinjaman pemegang saham.

Tercatat, sejumlah bank menjadi kreditur jangka pendek Indofarma seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI senilai Rp92,65 miliar. PT BPR Inti Dana Sukses Makmur Rp14,64 miliar, PT Bank Bukopin Tbk Rp3,72 miliar, dan BPR Universal Rp23,10 miliar.