Logo Gudang Garam.
Insight Langit Biru

Alasan Gudang Garam (GGRM) Tak Tebar Dividen

  • Sebelumnya, Gudang Garam mencatatkan pendapatan sebesar Rp50,01 triliun pada semester I-2024. Raihan ini turun 10,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp55,85 triliun.

Insight Langit Biru

Debrinata Rizky

JAKARTA - Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memutusan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2023. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kenaikan suku bunga pinjaman.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan, perusahaan akan menggunakan laba ditahan untuk memperkuat permodalan dan menurunkan rasio utang terhadap modal (DER).

"Kami menunjukkan sikap yang berhati-hati dengan tidak membagikan dividen. Kalau pinjaman kami suku bunganya naik, itu bisa menjadi kendala," kata Heru dalam public expose live 2024 secara daring pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Selain itu, Ia juga mengungkapkan kondisi ekonomi ke depan, termasuk pengaruh dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed terkait suku bunga acuannya masih belum jelas. Heru menjelaskan, laba perusahaan yang tidak dibagikan itu akan menjadi laba ditahan yang masuk ke dalam modal (ekuitas) perusahaan.

Sebelumnya, Gudang Garam mencatatkan pendapatan sebesar Rp50,01 triliun pada semester I-2024. Raihan ini turun 10,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp55,85 triliun.

Heru Budiman menyebut, penurunan disebabkan oleh turunnya volume penjualan akibat kenaikan harga jual kepada konsumen, di mana daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah bawah masih stagnan.

"Di tengah situasi ini, ketika sektor tembakau terus menghadapi kenaikan beban cukai yang signifikan secara berkelanjutan, kondisi pasar tetap penuh tantangan," kata Heru dalam public expose live 2024 secara daring pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Hal ini sejalan sengan penurunan laba perseroan yang juga tergerus pada semester I-2024. Laba bersih di semester I ini menjadi Rp925,51 miliar atau anjlok 71,85% dari periode sama 2023 sebesar Rp3,28 triliun.

Biaya pokok pendapatan mengalami penurunan sebesar 62 persen seiring dengan penurunan volume penjualan dan kenaikan biaya cukai sebesar 3,1%.

Saat ini, komposisi biaya cukai dari total biaya pokok pendapatan naik menjadi 84,9% dibandingkan 77,3% pada periode yang sama tahun lalu.

Gudang Garam mengakui menghadapi kenaikan cukai sebesar 11.5% untuk SKM (Sigaret Kretek Mesin) dan 6.0% untuk SKT (Sigaret Kretek Tangan) pada tahun 2024, sehingga perseroan telah melakukan kenaikan harga di bulan Maret dan Mei.

Total aset meningkat sebesar 3,4% atau Rp 2.890 miliar menjadi Rp 87.748 miliar, yang disebabkan oleh gabungan dari penurunan aset lancar 1,5% atau sebesar Rp 762 miliar dan kenaikan aset tidak lancar sebesar Rp 3.653 miliar atau 10,7%.

Total liabilitas relatif stabil, hanya turun 0,2% menjadi Rp 25.959 miliar, berasal dari gabungan penurunan pinjaman jangka pendek sebesar 27,0% menjadi Rp 8.456 miliar, sementara utang cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) meningkat sebesar 66,6% menjadi Rp12.522 miliar seiring dengan adanya perubahan jangka waktu pembayaran cukai dari 2 bulan menjadi 3 bulan.