Dari ki-ka : Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Fadjar Harianto Widodo, Direktur SDM dan Penunjang Bisnis Beni Syarif Hidayat, Direktur Infrastruktur dan Teknologi Achmad Muchtasyar, Direktur Sales dan Operasi Faris Aziz, saat Press Conference usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) di Graha PGAS, Jakarta, Selasa 30 Mei 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Alasan Laba Bersih PGN Susut 14,7 Persen jadi Rp4,23 Triliun

  • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) baru saja melaporkan kinerja keuangan 2023 dengan pencapain laba bersih yang kurang memuaskan.
Korporasi
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) baru saja melaporkan kinerja keuangan 2023 dengan pencapain laba bersih sebesar US$278,09 juta atau setara Rp4,29 triliun (kurs jisdor Rp15.439 per satu dolar).

Namun, perolehan laba bersih entitas PT Pertamina (Persero) ini mengalami penyusutan sebesar 14,7% year-on-year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni US$326,23 juta. 

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 13 Maret 2024, emiten bersandikan PGAS sepanjang 2023 kemarin, berhasil pendapatan sebesar US$3,64 miliar atau setara dengan Rp56,14 triliun. 

Dengan begitu, jumlah pendapatan PGAS sepanjang 2023 menunjukkan kenaikan tipis sebesar 1,89% secara tahunan dibandingkan dengan pendapatan pada tahun sebelumnya, yakni sebesar US$3,56 miliar. Lantas apa penyebab penyusutan laba bersih emiten distribusi gas tersebut? 

Bila dirinci, pendapatan PGAS sebagian besar berasal dari penjualan kepada pihak ketiga, yang mencapai total US$2,39 miliar, dan penjualan kepada pihak berelasi sebesar US$1,24 miliar. Penjualan terbesar terjadi pada penjualan gas bumi.

Nah, seiring dengan kenaikan pendapatan, perseroan harus menanggung kenaikan beban pokok menjadi US$2,91 miliar atau setara Rp44,96 triliun. Beban ini naik 4,47% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$2,78 miliar. 

Alhasil laba kotor PGAS justru tergerus menjadi US$733,57 juta atau setara dengan Rp11,32 triliun atau turun sebesar 6,01% dibandingkan dengan laba kotor tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$780,54 juta. 

Dampaknya, laba bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melorot ke level US$0,0115 per lembar pada akhir tahun 2023. Sedangkan di akhir tahun 2022 berada di level US$0,0135 per helai.

Sementara itu, total kewajiban PGAS sepanjang 2023 mencapai angka US$3,05 miliar, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya yang mencapai US$3,75 miliar. 

Apabila diuraikan, liabilitas atau utang jangka panjang tercatat sebesar US$1,59 miliar sedikit lebih besar dibandingkan liabilitas jangka pendek sepanjang 2023 yang nilainya mencapai US$1,42 miliar. 

Adapun total ekuitas PGAS mencapai US$3,54 miliar, menunjukkan peningkatan dari periode tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$3,44 miliar. Sementara itu, total aset PGAS pada akhir tahun tersebut mencapai US$6,59 miliar.

Berdasarkan data IDX Mobile, pada penutupan perdagangan Rabu, 13 Maret 2024, saham PGAS mampu melaju lumayan kencang dengan kenaikan 2,64% ke level Rp1.165 per saham. Dari sisi variasi harga, emiten yang memiliki market cap Rp28,24 triliun bergerak di kisaran  Rp1.145-1.200 per saham.