Nampak pembeli tengah berbelanja di sebuah gerai waralaba di kawasan Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Alfamart dan Alfamidi Cuan Besar, Kekayaan Orang Ini Naik Rp458 Miliar

  • Berdasarkan data real time Forbes Real-Time Billionaires, Selasa 26 Maret 2024 pukul 12.05 WIB, kekayaan Djoko Susanto menempati urutan ke 726 sedunia
Korporasi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Orang terkaya ke-12 di Indonesia, Djoko Susanto, yang merupakan pemilik jaringan minimarket Alfamart dan Alfamidi terpantau semakin tajir melintir.

Berkat keran bisnisnya di dua waralaba ini, kekayaan Djoko Susanto menggemuk 0,68% atau US$28 juta yang setara dengan Rp458,05 miliar (asumsi kurs Rp15.795 per dolar AS). Berdasarkan data real time Forbes Real-Time Billionaires, Selasa 26 Maret 2024 pukul 12.05 WIB, kekayaan Djoko Susanto menempati urutan ke 726 sedunia.

Kenaikan pundi-pundi harta Djoko Susanto tersengat sentiment positif kinerja tahunan Alfamart dan Alfamidi. Tercermin dari kinerja saham Alfamart yang sudah naik 0,35% sepekan. Juga, gerak saham Alfamidi terpantau menguat 3,32% dalam seminggu terakhir bersamaan dengan perilisan laporan keuangan tahun buku 2023.

Baca Juga: Sengit, Penjualan Cimory di Indomaret dan Alfamart Beda Dikit

Maklum, kedua merek ritel di bawah bendera PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) itu tercatat berhasil mengeruk keuntungan yang menggiurkan. Hingga 2023 berakhir, AMRT sebagai pengelola Alfamart membukukan keuntungan sebesar Rp2,85 triliun atau naik 19,21% dari tahun 2022.

Pertumbuhan laba Alfamart ditopang oleh pendapatan neto sebesar Rp106,94 triliun pada tahun 2023. Penjualan tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 10,34% dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai Rp96,92 triliun. 

Kontributornya, segmen makanan yang berkontribusi sebesar Rp75,65 triliun, meningkat 12,36% year-on-year (YoY). Sementara itu, segmen bukan makanan menyumbang Rp31,28 triliun atau naik 5,73% YoY. 

Baca Juga: Penuhi Seluruh Aspek ESG, Alfamart (AMRT) Terima Penghargaan TrenAsia ESG Award 2023

Seiring dengan peningkatan tersebut, beban pokok pendapatan perseroan juga meningkat sebesar 9,07% YoY menjadi Rp83,87 triliun. Dengan demikian, AMRT berhasil mencatat laba kotor sebesar Rp23,06 triliun pada tahun 2023, yang menandai peningkatan sebesar 15,20% jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2022.

Bukan cuma sukses lewat jaringan Alfamart, ekspansi AMRT lewat minimarket yang lebih besar dengan penjualan makanan segar pun ternyata sangat menguntungkan. Penjualan di seluruh gerai Alfamidi terbukti  meraup pendapatan neto sebesar Rp17,35 triliun. Pendapatan ini tumbuh 11,06% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp15,62 triliun.

Pendapatan Alfamidi utamanya berasal dari penjualan makanan. Segmen ini berkontribusi sebanyak Rp10,44 triliun atau tumbuh 14,35% yoy. Selain itu, segmen makanan segar menyumbang Rp2,41 triliun dan segmen non-makanan mencapai Rp4,48 triliun, yang naik 3,21% yoy.

Baca Juga: Penjualan Alfamidi (MIDI) 2023 Sudah Lampaui Target Tahun Ini

Alhasil, MIDI membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 516,65 miliar. Raihan itu melonjak 29,51% YoY dari Rp 398,19 miliar di 2022. 

Di sisi lain, total aset emiten ritel ini mencapai Rp 7,78 triliun per 31 Desember 2023. Angka itu naik 12,76% secara tahunan dari posisi 31 Desember 2022 yang mencapai Rp 6,9 triliun.

Histori Bisinis

Mulanya, pria keturunan Tionghoa kelahiran Jakarta pada 19650 ini mengelola usaha toko kelontong. Penjualan rokok yang ciamik di toko kelontong kelolaannya menarik perhatian Putera Sampoerna, pemilik Rokok Sampoerna. 

Keduanya bertemu pada awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta. Pada 27 Agustus 1989, lahir produk kerja sama lain mereka, yaitu Alfa Toko Gudang Rabat yang mempunyai konsep supermarket. 

Nama Alfa digunakan karena bersifat netral, tidak mengandung salah satu nama kedua orang pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah yang menjadi cikal bakal kesuksesan Djoko Susanto dengan merek dagang Alfa.

Sampai ketika raksasa rokok internasional, Philip Morris International (PMI) membeli saham Putera di HM Sampoerna. PMI lalu menjual 70% saham HM Sampoerna di bidang usaha ritelnya ke Djoko karena tidak ingin berbisnis dalam bidang non-produk utamanya.

Dengan kendali penuh atas merek Alfa, Djoko kemudian mengembangkan bisnis ritel AMRT. Lalu pada 2007, ia mendirikan Alfamidi untuk segmen yang lebih besar dari minimarket.

Namun, tidak semua usahanya sukses. Djoko pernah berekspansi dengan membuka Alfa Supermarket yang awalnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat yang akhirnya harus dijual kepada Carrefour