Alhamdulillah.. Korban PHK Akibat COVID-19 Mulai Berkurang
Pemerintah mengklaim telah menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada 2021. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan TPT pada Februari turun 950 ribu orang dibandingkan Agustus 2020.
Nasional
JAKARTA – Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2021 mengalami penurunan sebesar 950.000 orang dibandingkan dengan Agustus 2020.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan sebanyak 950.000 orang tersebut merupakan angkatan kerja yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. Korban pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut saat ini sudah kembali bekerja.
“Akibat pandemi pengangguran kita ada 9,7 juta orang, Alhamdulillah dengan segala upaya kita berhasil turunkan 950.000 orang di awal 2021 ini,” kata Ida seperti dilansir Antara, Rabu, 26 Mei 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan serapan tenaga kerja tertinggi adalah penyediaan akomodasi serta industri makanan dan minuman (mamin) sebesar 0,34%.
Di sisi lain, sektor transportasi dan pergudangan mengalami penurunan serapan tenaga kerja sebesar 0,3%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TPT di Indonesia per Februari 2021 sudah turun menjadi 8,75 juta orang. Sementara itu, jumlah angkatan kerja di Indonesia per Februari 2021 mencapai 139,81 juta orang.
Menurut Ida, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling banyak menganggur. Persentase lulusan SMK dalam TPT Indonesia mencapai 11,45%.
Lalu, TPT di Indonesia paling banyak berikutnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 8,55%, Universitas 6,97%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5,87% dan Sekolah Dasar (SD) 3,13%.
Masih Belum Pulih
Kendati demikian, TPT di Indonesia masih belum kembali ke masa sebelum COVID-19. BPS melaporkan TPT pada Februari 2020 masih sebanyak 6,93 juta orang.
Pendiri dan ekonom senior Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan kondisi pengangguran yang masih tinggi menjadi faktor utama daya beli masyarakat masih tersendat.
“Mereka belum bisa spending lebih, karena saat ini bagi mereka pengeluaran kesehatan lah yang nomor satu,” kata Hendri dalam Webinar Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi yang dilansir Rabu, 26 Mei 2021. (LRD)