<p>Both fintech ALAMI Sharia/ Facebook @alamisharia</p>

Alhamdulillah, Pinjol Syariah Alami Sukses Tekan Kredit Macet Hingga Nol Persen

  • Perusahaan memilih peminjam dari sektor yang tidak terdampak pandemi secara langsung.

Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Platform fintech peer-to-peer (P2P) lending berbasis syariah PT Alami Fintek Sharia (Alami) sukses menekan tingkat kredit bermasalah hingga nol persen. Artinya tingkat keberasilan bayar pada hari ke-90 Alami mencapai level tertinggi di industri fintech lending, yakni 100%  

CEO Alami Dima Djani mengatakan, di masa pandemi COVID-19, pihaknya menerapkan prinsip kehati-hatian dan seleksi yang ketat untuk memberikan kredit kepada peminjam (borrower). Perusahaan juga memilih peminjam dari sektor yang tidak terdampak pandemi secara langsung.

“Saat ini Alami masih mencatatkan NPF (non performing financing) sebesar nol persen,” ujarnya melalui keterangan pers, Jumat 2 Oktober 2020.

Sampai saat ini Alami telah menyalurkan pinjaman hingga Rp200 miliar. Sejak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 April 2019, perusahaan sudah memiliki pemberi pinjaman (lender) sebanyak 7.000 orang.

Dima bilang jumlah pinjaman yang telah dilakukan perusahaan didukung oleh faktor komunikasi yang fleksibel. Kondisi tersebut dinilai dapat menyesuaikan kebutuhan dan karakter masyarakat di suatu daerah.

Selain itu, ia menilai masyarakat muslim Indonesia punya kebutuhan, keinginan, dan kemampuan untuk mengoptimalkan penetrasi layanan keuangan syariah. Sayangnya, kata Dima, instansi keuangan syariah tidak populer pada kalangan muslim muda.

“Kesan kaku, rumit, kuno, jadi faktor penghambat majunya skema finansial yang justru sudah banyak diadopsi di negara-negara berpopulasi non-muslim,” tutur Dima.

Oleh karena itu, pihaknya memutuskan untuk bermitra dengan konsultan komunikasi yang mampu memberikan strategi komunikasi yang paling relevan dengan kondisi pasar saat ini. Harapannya, dapat menarik perhatian para stakeholder.

Pentingnya Komunikasi

Lebih lanjut, Dima menjelaskan pada masa-masa awal dibangunnya Alami, perusahaan fokus pada pertumbuhan user serta membangun infrastruktur yang mumpuni, seiring dengan membangun image perusahaan dan sosok leadership.

Ia meyakini bahwa sebuah startup perlu menjadikan corporate communications sebagai strategi yang dibangun sejak awal. Baginya, menjadi beda saja tidak cukup untuk masuk dalam arena fintech yang sangat kompetitif, apalagi banyak isu pinjaman online dari fintech ilegal.

“Oleh karena itu, perlu strategi komunikasi yang komprehensif. Mulai dari public relations hingga digital marketing agar kampanye perusahaan dapat didengar dan dirasa oleh publik,” jelasnya.

Dima menyampaikan masyarakat muslim di Indonesia sudah mulai mempunyai kesadaran terhadap gaya hidup syariah. Meskipun begitu, masyarakat muslim Indonesia masih banyak yang belum paham akan produk dan manfaat dari sistem keuangan syariah itu sendiri.

Sebagai pelaku fintech lending berbasis syariah, ia menyayangkan hal tersebut. Disisi lain, kondisi ini menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah bagi Alami dan praktisi syariah lainnya.

“Kami harus ekstra cerdik dalam menawarkan layanan keuangan syariah. Produk dan teknologinya harus semudah mungkin digunakan, manfaatnya berasa, dan tentunya, menyampaikan esensi ke masyarakat bahwa membangun aset finansial dalam koridor syariah itu sangatlah mungkin.

Ia berpendapat, untuk menyasar muslim millennial perlu pendekatan khusus dan menghindari kesan berceramah atau menakut-nakuti. Oleh sebab itu, ia memilih strategi narasi publik yang ringan, dekat dengan hidup sehari-hari, dan seimbang ketika disampaikan di platform media sosial. (SKO)