Pusat data Indonesia diminati pemain lokal maupun internasional, mulai dari Telkom Indonesia, Alibaba Google.  Foto ilustrasi: pexels.com
Industri

Alibaba Kembali Suntik Dana ke Lazada US$342,5 Juta

  • Platform e-commerce Asia Tenggara Lazada baru-baru ini menerima investasi sebesar $342,5 juta dari perusahaan induknya Alibaba, menerima investasi tambahan keti
Industri
Adhitya Noviardi

Adhitya Noviardi

Author

JAKARTA - Baru-baru ini dikabarkan platform e-commerce Asia Tenggara Lazada kembali menerima suntikan dana baru sebesar US$342,5 juta atau setara Rp5,3 triliun (Kurs Rp15.600 per dolar AS) dari perusahaan induknya Alibaba.

Menurut data, suntikan dana investasi tersebut merupakan yang ketiga kalinya pada tahun ini. Dengan adanya investasi baru itu, memengaruhi valuasi terbaru Lazada menjadi US$11,3 miliar atau setara Rp176 triliun.

Menurut DealStreetAsia, total investasi yang telah digelontorkan Alibaba yang berbasis di Hangzhou untuk Lazada pada tahun ini telah mencapai US$1,6 miliar. 

Platform e-commerce ini juga dikabarkan melakukan pergantian personel pada tahun 2022. Pada Juni, James Dong, mantan asisten CEO Alibaba Daniel Zhang, telah ditunjuk sebagai CEO Lazada Group. 

Dari sisi kinerja, pertumbuhan pesanan Lazada disebutkan melambat selama periode Juni-September, sementara kerugian per pesanan menyempit sebesar 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

KINERJA NEGATIF

Alibaba Group Holding Ltd. sebelumnya melaporkan kinerja negatif pada kuartal III/2022,. Hal itu disebabkan pembatasan China terkait Covid-19 yang menekan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumen di negara tersebut. 

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (17/11/2022), e-commerce terbesar di China ini mengalami kerugian bersih 20,6 miliar yuan (US$2,9 miliar), berbanding terbalik dengan proyeksi laba dengan jumlah yang hampir sama. Alibaba mencatatkan penurunan nilai investasi di seluruh portofolio yang dimiliki, termasuk Didi Global Inc. hingga PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO). 

Alibaba berfokus pada menopang kinerja bottom line karena kebijakan Covid-19 dan tindakan antimonopoli yang dikenakan pertumbuhan sektor teknologi tahun lalu telah mengikis pertumbuhan. 

Bulan ini, perusahaan gagal mengumumkan hasil penjualan penuh untuk festival belanja Singles’ Day untuk pertama kalinya dalam 14 tahun, menunjukkan jumlah yang mengecewakan untuk acara tahunan yang paling penting. Selain itu, penjualan ritel China mengalami kontraksi 0,5 persen pada bulan Oktober, penurunan pertama sejak Mei dan lebih buruk dari proyeksi analis yang memperkirakan pertumbuhan. 

Pada hari Kamis, para eksekutif menyuarakan proyeksi optimis mengenai pelonggaran dari pembatasan pandemi yang telah menggeram logistik, meredam kegiatan ritel, dan mengacaukan peredkonomian China. Chief Executive Alibaba Officer Daniel Zhang mengatakan dengan diperkenalkannya langkah-langkah pandemi dari otoritas negara, yang diharapkan memiliki dampak positif, Alibaba masih memperkirakan adanya gangguan logistik di daerah tertentu di China. "Tapi secara keseluruhan kami mengharapkan hal -hal untuk terus meningkat ke arah yang positif." jelasnya.