<p>Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga minggu ketiga November 2020, aliran modal asing yang keluar atau capital outflow mencapai Rp141,13 triliun. / Foto: Ismail pohan &#8211; Tren Asia</p>
Nasional & Dunia

Aliran Modal Asing Mengalir Semakin Deras, Masuk SBN dan Bursa Saham Rp8,53 Triliun

  • Bank Indonesia (BI) mencatat capital inflow atau aliran modal asing masuk sebesar Rp8,53 triliun pada periode 16-19 November 2020.

Nasional & Dunia
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat capital inflow atau aliran modal asing masuk sebesar Rp8,53 triliun pada periode 16-19 November 2020.

Transaksi tersebut masuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp7,04 triliun dan Rp1,49 triliun di pasar saham.

Meskipun demikian, aliran modal asing yang keluar atau capital outflow di pasar keuangan domestik selama 2020 mencapai Rp145,54 triliun.

Modal asing tersebut ditransaksikan pada credit default swaps (CDS) Indonesia lima tahun yang naik ke level 75,10 bps per 19 November 2020. Sebelumnya, premi per 13 November tercatat sebesar 74,16 bps.

Selain itu, yield US Treasury Note 10 tahun turun ke level 0,851%, dan yield SBN 10 tahun di level 6,15%.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik tetap terjaga.

“Surplus transaksi modal dan finansial mendorong aliran modal asing masuk,” ujarnya dalam koferensi pers daring, kemarin.

Seperti diketahui, pada Oktober 2020 neraca perdagangan kembali mencatat surplus sebesar US$3,61 miliar. Ini kembali terjadi setelah bulan sebelumnya juga tercatat surplus US$2,39 miliar.

Menurut Perry, surplus neraca perdagangan ini berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani (kanan) Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Tren Surplus Kembali Berlanjut

Kemudian, apabila ditilik lebih lanjut, sejak awal tahun hingga Oktober 2020, surplus yang tercatat mencapai US$17,07 miliar. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode Oktober tahun lalu yang tercatat defisit US$2,12 miliar.

Surplus pada periode ini dipengaruhi oleh neraca perdagangan nonmigas yang juga mencatat surplus berlanjut. Pada Oktober 2020, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar US$4,06 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumya sebesar US$2,90 miliar.

Adapun defisit neraca perdagangan migas menurun dari US$504,6 juta pada September 2020 menjadi sebesar US$450,1 juta. Penyebabnya adalah penurunan ekspor migas yang lebih rendah dibandingkan dengan penurunan impor migas.

Kemudian, untuk posisi cadangan devisa (cadev) per akhir Oktober 2020 juga tetap tinggi, yakni US$133,7 miliar. Cadev tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor atau 9,3 bulan impor. Selain itu, posisinya juga disebut berada di atas standar kecukupan tiga bulan impor.

Perry pun memprediksi, ke depan defisit transaksi berjalan 2020 akan tetap rendah. Posisinya di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). (SKO)