Kantor Bank Harda International(Allo Bank) / Bankbhi.co.id
Korporasi

Allo Bank Milik Chairul Tanjung Rights Issue Jumbo, Berpotensi Raup Rp23,32 Triliun

  • Bila mengacu pada harga saham BBHI di bursa yang sebesar Rp2.120, maka perseroan berpotensi raup dana segar hingga Rp23,32 triliun.
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melakukan aksi korporasi penambahan modal melalui rights issue dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) III. Bank milik taipan Chairul Tanjung ini bakal melepas maksimal 11 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per lembar.

Rights issue tergolong jumbo bagi Allo Bank. Pasalnya, jumlah rights issue tu setara dengan 94,15% dari modal ditempatkan dan disetor dalam perseroan.

Pada aksi korporasi ini, PT Mega Corpora sebagai pemegang saham pengendali (PSP) di Allo Bank memiliki opsi untuk mengalihkan sebagian atau sepenuhnya saham baru yang diterbitkan dalam rights issue tersebut. Untuk diketahui, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora kini menggenggam 73,71% saham emiten yang dahulu bernama Bank Harda Internasional tersebut.

Selain itu, aksi korporasi ini ditempuh untuk memperbanyak partisipasi investor publik. Hal ini sejalan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) ayat 4 nomor 9/2018.

“Perseroan melakukan aksi korporasi yang mengakibatkan terpenuhinya kepemilikan masyarakat paling sedikit 20 persen, maka kewajiban mengalihkan saham yang dikuasai akibat Penawaran Tender Wajib sehingga kepemilikan melebihi 80 persen tidak berlaku,” ungkap manajemen Allo Bank dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 9 September 2021.

Kendati demikian, Allo Bank masih belum membeberkan harga pelaksanaan saham rights issue ini. Bila mengacu pada harga saham BBHI di bursa yang sebesar Rp2.120, maka perseroan berpotensi raup dana segar hingga Rp23,32 triliun.

Secara kinerja, Allo Bank masih kesulitan untuk meningkatkan laba bersih meski pendapatan tengah menanjak. Bank yang dicaplok taipan Chairul Tanjung ini mengalami kemerosotan laba bersih hingga 30,25% year on year (yoy).

Laba bersih BBHI merosot menjadi Rp22,92 miliar pada semester I-2021 dari sebelumnya Rp32,86 miliar atau sekitar Rp9.94 miliar pada semester I-2020.

Hal ini berakibat pada laba per saham (earning per share/EPS) BBHI yang terkorelasi dari Rp15,71 pada semester I-2020 menjadi Rp10,96 per lembar pada semester I-2021. Adapun secara tahun berjalan (year to date/ytd), saham BBHI telah mengalami penguatan hingga 1605,9%.

Padahal, pendapatan BBHI mengalami peningkatan pesat pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan bunga BBHI melesat dobel digit hingga 42,46% yoy dari Rp89,61 miliar menjadi Rp127,66 miliar pada peruh pertama tahun ini.

Lebih rinci, penerimaan ini terdiri dari pendapatan kredit Rp52,70 miliar, penempatan pada Bank Indonesia (BI) Rp1,31 miliar, pendapatan efek-efek Rp73,59 miliar, dan penempatan pada bank lain Rp53,06 miliar.

Setelah dikurangi beban bunga sebesar Rp74,19 miliar, pendapatan bunga bersih yang dicetak BBHI pada semester I-2021 ini mencapai Rp53,47 miliar. Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan capaian pada semester I-2020 yang hanya menembus Rp29,58 miliar.

Selain itu, BBHI juga mendapat pendapatan operasional lainnya sebesar Rp1,93 miliar. Realisasi ini turun 24% yoy dari capaian semester I-2020 yang sebesar Rp2,40 miliar.