Amankah Mendapatkan Vaksin COVID-19 Jika Anda Sedang Hamil?
JAKARTA-Meskipun belum diuji pada orang hamil atau menyusui, para ahli mengatakan ada sedikit alasan khawatir vaksin yang tersedia akan berbahaya bagi kelompok ini. “Risiko utama tidak ada data, meskipun secara ilmiah, kami pikir sangat tidak mungkin memiliki efek berbahaya,” kata Dr. Stephanie Gaw. Dia adalah asisten profesor ilmu kebidanan, ginekologi dan reproduksi di University of […]
TEKNOLOGI
JAKARTA-Meskipun belum diuji pada orang hamil atau menyusui, para ahli mengatakan ada sedikit alasan khawatir vaksin yang tersedia akan berbahaya bagi kelompok ini.
“Risiko utama tidak ada data, meskipun secara ilmiah, kami pikir sangat tidak mungkin memiliki efek berbahaya,” kata Dr. Stephanie Gaw. Dia adalah asisten profesor ilmu kebidanan, ginekologi dan reproduksi di University of California, San Francisco.
Hal itu karena dua vaksin resmi di Amerika yakni Pfizer / BioNTech dan Moderna – tidak mengandung virus corona itu sendiri, Vaksin mengandung molekul yang disebut mRNA yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan cepat rusak di dalam tubuh.
- Online Trends are Booming (Serial 1): Exploring the Drivers of Indonesia’s Digital Economy
- UGM Jadikan Wisma Kagama dan UC Hotel Sebagai Selter COVID-19
- Bangun Infrastruktur Baru, Google Perluas Layanan Cloud di India
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 banyak vaksin selama kehamilan tidak menjalani uji klinis formal pada orang hamil sebelum menggunakannya untuk mereka.
Dr. Denise Jamieson, ketua Departemen Ginekologi dan Kebidanan di Sekolah Kedokteran Universitas Emory di Georgia menambahkan risiko tertular COVID-19 saat hamil kemungkinan lebih besar daripada risiko potensial dari vaksin.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dapat meningkatkan risiko COVID-19 yang parah, masuk ICU, kebutuhan ventilasi dan kematian akibat virus. Kondisi seperti diabetes tipe 2 dapat memperbesar risiko itu lebih jauh.
Jamieson menambahkan orang harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan pro dan kontra vaksinasi selama kehamilan. Ibu hamil pada akhirnya akan memutuskan apakah akan segera mendapatkan vaksinasi atau menunggu lebih banyak data.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika akan mensurvei orang hamil yang menerima suntikan. CDC dan Food and Drug Administration (FDA) akan mengumpulkan informasi ini menggunakan sistem pengawasan yang ada dan aplikasi baru.
Menimbang Risiko dan Manfaatnya
Jadi jika Anda sedang hamil, menyusui atau berencana untuk hamil, apa yang harus Anda ketahui tentang vaksin COVID-19?
“Pertama kami tahu bahwa, secara umum, sebagian besar vaksinasi aman untuk kehamilan,” kata Jamieson kepada Live Science 23 Desember 2020. Misalnya, penggunaan vaksin influenza untuk orang hamil sudah sejak 1960-an, Sementara vaksin Tdap, yang melindungi dari tetanus, difteri, dan pertusis, dalam kehamilan bagus karena memperkuat kekebalan pada janin.
Dia mengatakan vaksin influenza tidak menjalani pengujian resmi pada orang hamil sebelum direkomendasikan. Demikian pula, penetapan keamanan dan kemanjuran vaksin tetanus dalam kehamilan melalui studi hewan dan studi observasi terhadap orang yang divaksin. Selain itu dengan pengawasan untuk efek samping setelah vaksinasi. Baru-baru ini, studi observasional dan uji klinis menunjukkan keamanan pemberian Tdap selama kehamilan.
Virus Hidup
Konon, vaksin tertentu tidak aman selama kehamilan, termasuk vaksin cacar dan vaksin MMR, yang melindungi dari campak, gondok dan rubella, kata Jamieson. Vaksin ini mengandung virus hidup tetapi lemah, jadi jika vaksin melewati plasenta, ada risiko virus hidup akan menginfeksi janin.
“Tetapi vaksin COVID-19 untuk penggunaan darurat tidak mengandung virus apa pun,” kata Jamieson. Sebaliknya mereka mengandung mRNA, sebuah molekul yang berisi instruksi untuk membangun protein spesifik.
“mRNA hanyalah potongan informasi genetik yang dikirimkan ke sel Anda sendiri. Dalam hal ini, sel otot di lengan,” kata Gaw pada Live Science. Begitu berada di dalam tubuh, vaksin mRNA menginstruksikan sel membangun bagian protein lonjakan virus corona. Sebuah struktur yang menonjol dari permukaan virus. Potongan protein lonjakan memicu respons kekebalan yang melatih tubuh untuk mengenali virus corona jika tubuh menemuinya di masa mendatang.
Setelah membuat lonjakan potongan protein, sel dengan cepat memecah mRNA. Dengan kata lain, tidak jauh dari tempat suntikan. “Karena bekerja secara lokal, kemungkinan tidak berdampak pada janin,” kata Jamieson.
Penelitian pada hewan oleh Moderna juga mengisyaratkan bahwa vaksin tersebut aman sebelum dan selama kehamilan, setidaknya pada tikus. Data untuk FDA menunjukkan bahwa pemberian vaksin kepada tikus sebelum kawin atau selama kehamilan tidak mengubah sistem reproduksi mereka, tidak mempengaruhi perkembangan embrio atau janin, atau mengganggu perkembangan bayi tikus setelah lahir.
Namun ini hanya mengacu pada vaksin Pfizer / BioNTech dan Moderna yang menggunakan sistem mRNA. Bukan jenis vaksin yang benar-benar mengandung virus.