Ambil Hasil Tambang dari Papua, Proyek Smelter Freeport Serap Tenaga Kerja Jatim
- Ferdy Hasiman mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak mengalokasikan tenaga kerja lokal dari Papua dalam pembangunan smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Industri
JAKARTA -- Pengamat tambang Ferdy Hasiman mengkritisi kebijakan pemerintah yang mengalokasikan tenaga kerja lokal dari Provinsi Jawa Timur dalam pembangunan smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Dia bahkan sangat menyayangkan perhatian pemerintah, dalam hal ini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang tidak memikirkan nasib masyarakat Papua dalam pembangunan smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur tersebut.
"Erick sungguh tidak tahu malu. Masa ambil hasil tambang dari Papua untuk diolah di smelter Freeport tetapi tenaga kerja dia alokasikan dari masyarakat lokal di sana," katanya ketika dihubungi TrenAsia.com, Senin, 25 Oktober 2021.
- Jaga Performa Mesin, Astra Motor Yogyakarta Hadirkan Program Hemat Bertenaga
- Badai Matahari Kategori G3 Sedang Menerjang Bumi
- Inilah Alasan Rahasia Mengapa Supermarket Tidak Memiliki Jendela
Peneliti Alpha Research Database ini menegaskan bahwa pemerintah tampaknya tidak berpihak pada masyarakat Papua yang merupakan pemilik atas hasil tambang Freeport.
Pasalnya, seluruh hasil tambang dari Grasberg berupa tembaga mentah (ore) semuanya akan disalurkan ke smelter Gresik untuk diproses menjadi logam tembaga dan turunannya.
Kecilnya porsi tenaga kerja lokal Papua juga terlihat dari jumlah pasokan naker masyarakat Papua pada proyek penambangan Grasberg oleh PTFI di Papua. Dalam proyek tersebut masyarakat Papua asli yang bekerja hanya 40%.
Menurut data tersedia, total ada 6.329 pekerja langsung PTFI hingga Maret 2021. Rinciannya, sebanyak 2.610 pekerja (41,24%) merupakan orang asli Papua, 3.576 pekerja (56,5%) berasal dari non-Papua, dan 143 pekerja (2,26%) merupakan warga negara asing (WNA).
Jika dihitung dengan para pekerja kontraknya, maka tenaga kerja di tambang Grasberg ada 127.875 orang hingga Maret 2021.
Ferdy mengatakan sebetulnya keberpihakkan pemerintahan Jokowi diuji dalam proyek smelter Freeport yang merupakan bagian dari klausul divestasi saham 51,23% pada tahun 2018.
Ketimbang terus mengunjungi tanah Papua, Jokowi sebetulnya berpihak pada masyarakat Papua melalui proyek smelter Freeport.
Lagipula Freeport telah mengeruk isi perut tanah Papua sejak 1967 tetapi tidak pernah mensejahterakan masyarakat di mana penambangan beroperasi.
Ferdy bahkan tidak sepakat jika smelter Freeport dibangun di Gresik, Jawa Timur. Menurut dia, seharusnya pemurnian tembaga tersebut dibangun di Papua karena letaknya yang berdekatan dengan penambangan Grasberg.
"Kita tahu semua pemain yang ada di dalam proyek ini. Orang-orangnya. Saya sudah mulai menulis banyak tentang proyek smelter ini. Jadi kita tahu siapa pemainnya," katanya.
Ketika mendampingi Presiden Joko Widodo dalam acara peresmian groundbreaking pembangunan smelter Freeport 12 Oktober lalu, Erick mengatakan bahwa proyek smelter Freeport akan menyerap tenaga kerja lokal, terutama dari Jawa Timur.
"Rencananya selama konstruksi, smelter ini akan menyerap 40.000 tenaga kerja. Tadi Bu Gubernur (Khofifah Indar Parawansa) titip kalau bisa mayoritas pekerjanya dari Jawa Timur sehingga kepastian pembukaan tenaga kerja juga terjadi," ujar Erick dalam sambutannya.
Erick mengatakan, kebutuhan puluhan ribu tenaga kerja tersebut terserap selama pengerjaan konstruksi atau Engineering, Procurement, dan Construction (EPC).
Adapun dalam pengerjaan tersebut, PTFI menggandeng PT Chiyoda International Indonesia di mana kedua pihak sudah menandatangani Kontrak Kerja Sama EPC pada15 Juli 2021 lalu.
Jokowi juga menyetujui jika proyek smelter Freeport di Gresik menyerap tenaga kerja Jatim. Menurut Jokowi jumlah lapangan kerja yang terbuka di sana semakin besar jika pembangunan smelter telah selesai dan siap dioperasikan.
"Tadi disampaikan Pak Menteri (Erick), dalam masa konstruksi saja akan ada 40.000 tenaga kerja yang bisa bekerja. Artinya terbuka lapangan pekerjaan yang akan banyak sekali di Kabupaten Gresik dan di provinsi Jawa Timur, belum nanti kalau sudah beroperasi," katanya dalam acara grounbreaking.
Pembangunan smelter atau pemurnian tembaga di JIIPE Gresik menelan investasi sekitar US$3,5 miliar setara Rp42 triliun.
Sejak 2018, PTFI telah mengerjakan sejumlah tahapan pengerjaan seperti Front-End Engineering Design (FEED), reklamasi dan penguatan lahan, serta rekayasa detail.
Kemajuan pembangunan smelter Gresik telah mencapai 8% hingga tahun ini.
Tahap awal pengerjaan proyek yang dibangun di atas lahan seluas 100 Ha ini sudah menghabiskan biaya sekitar US$450 juta setara Rp6,3 triliun dari total biaya investasi yang mencapai Rp42 triliun.
Pembangunan ditargetkan akan selesai dalam jangka waktu lima tahun, diundur 4-5 bulan dari target awal karena digebuk pandemi. Rencananya, konstruksi smelter selesai pada 2026, atau dua tahun setelah Jokowi lengser.
"Ada kendala pandemi sehingga proses penyelesaiannya mungkin 5 tahun ditambah sekitar 4-5 bulan. Ini sama seperti proyek-proyek lain di dunia yang hampir semua tertunda akibat situasi pandemi," kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas, 22 Oktober 2021 lalu.
Rencananya smelter Freeport memiliki kapasitas produksi 1,7 juta ton konsentrat per tahun yang mencakup 480.000 logam tembaga dan 600.000 ton katoda tembaga per tahun.
Selain tembaga dan turunannya, smelter ini juga akan memurnikan emas. Diperkirakan akan menghasilkan 35 ton emas per tahun yang nilai transaksinya tembus Rp30 triliun.
Sementara itu, estimasi pendapatan tembagadari smelter Gresik mencapai Rp76 triliun, atau dua kali lipat dari nilai investasi.*