Maskapai pesawat charter Indonesia Air milik Hary Tanoesoedibjo dari Grup MNC, PT Indonesia Air Transport & Infrastructure Tbk (IATA) / Indonesia-air.com
Korporasi

Ambilalih Bisnis Batu Bara Hary Tanoe, Indonesia Air (IATA) Tuntaskan Private Placement

  • Emiten pengelola maskapai Indonesia Air milik Grup MNC, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah melaksanakan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement pada 19 Oktober 2021.
Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Emiten pengelola maskapai pribadi Indonesia Air milik Hary Tanoesoedibjo dari Grup MNC, PT Indonesia Air Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah melaksanakan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement pada 19 Oktober 2021.

Berdasarkan prospektur ringkasnya, perseroan mengaku telah menerbitkan sebanyak 718.147.000 saham baru pada harga pelaksaan Rp50 per lembar. Dengan begitu, IATA ditaksir meraup dana sekitar Rp35,91 miliar dalam aksi korporasi tersebut.

Pihak yang menyerap saham IATA di antaranya Literati Capital Investments Limited dan Yaris International Ltd. Rencananya, dana hasil private placement tersebut akan digunakan perseroan untuk menunjang modal kerja.

“Dana yang diterima perseroan setelah dikurangi biaya-biaya terkait Penambahan Modal Tanpa HMETD akan dipergunakan sebagai tambahan modal kerja perseroan,” tulis manajemen IATA, Jumat, 22 Oktober 2021.

Penambahan modal melalui skema private placement dilakukan IATA di tengah rencananya melakukan perubahan bisnis di sektor energi. Di mana, perseroan dikabarkan bakal mengakuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

“Setelah transaksi selesai, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara Grup MNC,” dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa waktu lalu.

Sejalan dengan hal tersebut, IATA akan mengambilalih PT Bhakti Coal Resources, perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Sumatra Selatan yang juga merupakan perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Kemudian, perseroan juga akan menaungi PT Putra Muba Coal, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, PT Arthaco Prima Energi, PT Sumatra Resources, PT Energi Inti Bara Pratama, PT Sriwijaya Energi Persada, PT Titan Prawira Sriwijaya, PT Primaraya Energi, dan PT Putra Mandiri Coal.

“Secara keseluruhan memiliki estimasi sumberdaya sebesar 1,75 miliar MT dan estimasi cadangan sebesar 750 juta MT.”

Tak hanya itu, perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Kalimantan Timur, PT Nuansacipta Coal Investment serta perusahaan ekplorasi minyak di wilayah Provinsi Papua, PT Suma Sarana juga akan beroperasi di bawah perseroan.