Ambisi Bill Gates Membangun Reaktor Nuklir Generasi Baru Terganjal Perang
- Salah satu proyek terbesar mantan CEO dan salah satu pendiri Microsoft itu adalah mendesain ulang tenaga nuklir untuk era baru.
Tekno
JAKARTA-Di usia 67 tahun, Bill Gates tetap sibuk. Salah satu proyek terbesar mantan CEO dan salah satu pendiri Microsoft itu adalah mendesain ulang tenaga nuklir untuk era baru.
Dengan masa depan produksi energi yang terancam Gates terus maju dengan perusahaannya TerraPower dan reaktor nuklirnya yang disebut sebagai Natrium.
Pada November 2021, Gates mengumumkan bahwa proyek demonstran TerraPower untuk reaktor Natrium miliknya akan dibangun di kota batubara Kemmerer, Wyoming. Proyek senilai US$4 miliar ini akan mengubah pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi pembangkit listrik tenaga nuklir sambil juga melatih karyawan pabrik untuk menjadi teknisi nuklir.
- Bahlil: Pabrik Ekosistem Kendaraan Listrik LG Produksi Perdana di Semester I-2024
- Sebelum Lapor SPT Lakukan Validasi NIK Dulu, Ini Caranya
- WSBP Rampungkan Suplai Beton, Kebut Proyek Tol Cibitung-Cilincing
Pada Senin 9 Januari 2023 strategi nyata Gates untuk memenangkan negara batu bara dengan nuklir generasi berikutnya dilanjutkan dengan tur ke pabrik American Electric Power (AEP) berbahan bakar batu bara yang sudah tidak beroperasi. Fasilitas ini berada di Glasgow, Virginia Barat.
Ini langkah besar, mengingat West Virginia adalah produsen energi bertenaga batu bara tertinggi kedua dengan yang pertama adalah Wyoming. Pembangkit listrik lama seperti yang ada di Kemmerer dan Glasgow sangat menarik karena sudah terhubung ke jaringan listrik.
Didirikan pada tahun 2006, TerraPower menggunakan reaktor Natrium yang dirancang untuk bekerja bersama angin dan tenaga surya dengan menjadi semacam jaring pengaman saat angin tidak bertiup dan matahari tidak bersinar.
Sebagaimana dilaporkan Popular Mechanics 12 Januari 2023, Natrium adalah sodium-cooled fast reactor (SFR) yang menggunakan natrium cair sebagai pendingin. Bukan air seperti pembangkit listrik tenaga nuklir modern. Pendingin natrium ini bekerja pada suhu yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih rendah hingga membuat reaktor secara keseluruhan lebih aman.
Tetapi bagian terbaik dari desain Natrium adalah ia juga dipasangkan dengan sistem penyimpanan garam cair yang menarik panas dari reaktor untuk menaikkan suhu garam, yang kemudian disimpan dalam tangki penyimpanan garam panas. Operator jaringan kemudian dapat menarik energi dari tangki ini bila diperlukan, terutama selama jam sibuk ketika sumber energi hijau tidak dapat memenuhi.
Reaktor ini sendiri merupakan tantangan teknologi, tetapi geopolitik juga mengacaukan dorongan Gates terhadap energi nuklir. Pada tahun 2019, TerraPower menarik diri dari demonstran teknologi di Tiongkok karena menurunnya hubungan Amerika-Tiongkok selama Pemerintahan Trump. Dan pada tahun 2022, masalah besar lainnya datang dengan perang di Ukraina.
Reaktor Natrium beroperasi dengan bahan bakar high-assay low-enriched uranium (HALEU). Bahan bakar ini, diperkaya antara 5 persen hingga 20 persen (tingkat senjata 85 persen atau lebih). Ini membantu Natrium bertahan lebih lama dan menghasilkan lebih banyak energi dari bahan bakar yang lebih sedikit.
Hanya ada satu masalah: Rusia adalah pemasok utama dunia. Pada pertengahan Desember, TerraPower mengumumkan penundaan besar untuk proyek Wyoming karena masalah rantai pasokan ini.
Departemen Energi Amerika memperkirakan bahwa 40 metrik ton bahan bakar HALEU akan dibutuhkan pada tahun 2030, dan memiliki rencana untuk meningkatkan produksi, tetapi sejauh ini rencana tersebut tidak membantu meringankan penundaan yang mempengaruhi TerraPower, yang telah menggelontorkan jutaan dolar untuk menopang produksi HALEU.
Meskipun Gates sangat ingin memindahkan ambisi nuklirnya ke pantai timur, semuanya ditunda sampai demonstran Wyoming berdiri dan berjalan pada tahun 2028. Tetapi jika semuanya berjalan sesuai rencana, masa depan energi Amerika dapat tumbuh dengan sangat baik dari sisa-sisanya pendahulu berbahan bakar batubara.