Ambisi RI Raja Produsen Baterai Masih Jauh
- Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengungkapkan, ambisi RI menjadi raja produsen baterai kendaraan listrik di 2027 nampaknya masih jauh.
Industri
JAKARTA - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengungkapkan, ambisi RI menjadi raja produsen baterai kendaraan listrik di 2027 tampaknya masih jauh.
Hal ini berkaitan dengan serangkaian panjang proses menuju hilirisasi nikel yang diakui Susi, Indonesia dalam tahap pertama untuk menuju terbentuknya ekosistem kendaran listrik.
"Kalau itu berhasil tahun depan kita sudah mulai produksi berarti itu kita sukses hilirisasi tahap I," kata pria yang akrab disapa Susi di Raffles Hotel pada Selasa, 29 Agustus 2023.
- Toyota Hentikan Semua Operasional Produksi di Pabrik Jepang
- Pemkot Semarang Sebut Stok Beras Pertanian Lokal Hanya 11 Persen, Ini Penjelasannya
- Airlangga Ungkap Strategi Pemerintah Menuju Indonesia Emas 2045
Susi mencontohkan, salah satu smelter nikel yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia (FTPI) di Jawa Timur, yang diharapkan mampu menyerap 1,7 juta konsentrat tembaga menghasilkan sekitar 600 ribu ton katoda tembaga.
Namun, jika smelter ini bisa berproduksi baru memasuki tahap II, baru disisi hilirisasi industri manufaktur saja. Maka Susi berharap jika berjalan sesuai rencana maka industri-industri lain yang menunjang ekosistem kendaraan listrik akan ikut berdatangan termasuk dari sisi investasi.
Hal senada diungkap, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah mengkaji ulang pemberian subsidi untuk program konversi motor listrik.
"Ya kami per sekarang Rp7 juta kan, tapi dilihat lagi ini tidak banyak yang daftar apakah ini kurang atau seperti apa, itu juga salah satu yang akan masuk," kata Dadan ditemui di Gedung Kementerian ESDM pada Senin, 28 Agustus 2023.
Ganjalan Menuju Raja Baterai Listrik
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada Tbk, Roy Arman Arfandy mengatakan, masih ada satu tahap lagi di dalam serangkaian pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, yaitu masalah daur ulang limbah baterai listrik.
Menurutny jika kedepannya populasi kendaraan listrik sudah masif, masalah daur ulang bekas harus mendapatkan perhatian. Di mana pemerintah jarus menyediakan teknologi yang dapat mendaur ulang baterai listrik menjadi black powder yang diolah menjadi nikel sulfat.