Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Ambruknya Saham LQ45 Seret IHSG ke Level 6.000-an, Apa Pemicunya?

  • Indeks LQ45 tercatat turun 1,84% ke level 818,57. Angka ini melewati titik terendah selama tiga tahun terakhir, yaitu 823 pada Juli 2021. Lantas apa penyebab penurunan IHSG dan indeks saham blue chips itu?

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Mayoritas saham blue chips yang tergabung ke dalam Indeks LQ45 kompak mengalami penurunan dahsyat pada perdagangan Kamis, 19 Desember 2024. Fenomena ini menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke bawah level 7.000. 

Berdasarkan data dari Stockbit Sekuritas, hingga setengah jam setelah perdagangan dibuka, tepatnya pukul 09.29 WIB, IHSG tercatat turun 1,77% ke level 6.982. Penurunan ini membawa indeks kembali ke bawah level 7.000, yang terakhir kali dicapai pada Juli tahun ini.

Sementara itu, Indeks LQ45 tercatat turun 1,84% ke level 818,57. Angka ini melewati titik terendah selama tiga tahun terakhir, yaitu 823 pada Juli 2021. Lantas apa penyebab penurunan IHSG dan indeks saham blue chips itu?

Emiten apa yang Melemah?

Berdasarkan pantauan TrenAsia, dari 45 saham blue chips dalam Indeks LQ45, hanya saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang mencatat kenaikan tipis sebesar 0,49% ke level Rp1.035 per saham. 

Sementara itu, saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTE) bergerak stagnan. Sedangkan, sisa saham lainnya mengalami pelemahan, dengan penurunan terdalam dialami oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). 

MDKA yang baru saja merilis laporan keuangan kuartal III-2024 dengan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini pun direspons oleh market di mana nilai sahamnya terpantau 6,25% ke level Rp1.650 per saham. 

Sementara itu, dari sektor big banks, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami pelemahan terdalam dengan penurunan 3,43% ke level Rp5.625 per saham. Lalu, dari sektor teknologi, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengalami pelemahan 4,84% ke level Rp118 per saham. 

Apa Penyebabnya?

Seiring pelemahan IHSG, pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,35-4,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Meski demikian, bank sentral AS itu memberi sinyal untuk lebih berhati-hati ke depan, dengan hanya merencanakan dua kali pemangkasan tambahan pada 2025. 

Hal ini tercermin dalam dot plot terbaru November, yang menunjukkan target pemangkasan hanya setengah dari ekspektasi sebelumnya sebesar 100 bps pada September. 

"Kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, sehingga kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami dapat lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan penyesuaian suku bunga berikutnya," ujar Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers usai rapat.

IHSG turut melemah setelah Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 6% pada November 2024, mengejutkan pasar yang sebelumnya memproyeksikan adanya penurunan. Langkah ini diambil di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sementara itu, suku bunga Deposit Facility tetap berada di 5,25%, dan Lending Facility di 6,75%. "Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 6,00%," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo.

Rekomendasi Saham

Di sisi lain, MNC Sekuritas dalam risetnya mengatakan indeks composite pada perdagangan Kamis, 19 Desember 2024, secara teknikal masih rawan terkoreksi. Kendati begitu, perusahaan efek ini tetap merekomendasikan beli beberapa saham termasuk PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). 

“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sedang berada di akhir wave [b] dari wave B, sehingga diperkirakan pergerakannya masih rawan terkoreksi untuk menguji area 7,065,” jelasnya pada Kamis, 19 Desember 2024. 

Berkaitan dengan rekomendasi saham, MNC Sekuritas menempatkan saham ADRO di posisi teratas dengan buy on weakness di kisaran Rp2.540-2.580 per saham dengan target harga Rp2.790 per saham dan Rp2.980 per saham. 

Selain ADRO, MNC Sekuritas juga merekomendasikan buy on weakness saham GOTO di kisaran Rp65-69 per saham. Perusahaan efek ini memberikan target harga Rp73 per saham dan Rp78 per saham.