<p>Petugas membawa limbah medis B3 (bahan berbahaya dan beracun) infeksius dengan menggunakan wheleed bin atau wadah beroda di industri pengolahan limbah medis PT. Jasa Medivest, Dawuan Tengah, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis, 10 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Tekno

Anak Bangsa Ciptakan Aplikasi Hazwaste Tangani Limbah Medis Infeksius Kategori B3

  • JAKARTA – Karya anak bangsa kembali hadir, kali ini lewat inovasi aplikasi Hazwaste alias perangkat lunak yang dibuat untuk mengoptimalkan proses penanganan lim
Tekno
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Karya anak bangsa kembali hadir, kali ini lewat inovasi aplikasi Hazwaste alias perangkat lunak yang dibuat untuk mengoptimalkan proses penanganan limbah infeksius.

Diinisiasi oleh sejumlah dosen dari Universitas Pertamina (UP), aplikasi ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan penjadwalan rute perjalanan kendaraan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Selain itu, ia dapat memantau kecepatan kendaraan agar limbah sampai ke fasilitas pengelolaan tepat waktu.

Dosen Program Studi Ilmu Komputer sekaligus ketua tim Erwin Setiawan mengatakan, aplikasi ini bisa mengawasi proses pengelolaan limbah B3 medis agar sesuai ketentuan.

Ia menjelaskan, uji coba purwarupa aplikasi sudah dilakukan sejak tahun lalu di Padang, Sumatera Barat. Menurutnya, kondisi di sana kurang efektif karena penghasil limbah B3 medis di sana harus mengirimkan limbah ke Pulau Jawa.

“Dengan adanya uji coba, hasil menunjukkan adanya efisiensi pengiriman limbah,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 30 Juli 2021.

Seperti diketahui, pada masa pandemi jumlah limbah medis infeksius kategori B3 meningkat drastis. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, pada Maret hingga September 2020 jumlah limbah B3 di Indonesia mencapai 1.662,75 ton.

Hingga akhir 2020, baru 117 rumah sakit yang mengantongi izin pengelolaan limbah B3 medis. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang tak miliki izin pengelolaan limbah B3 medis harus mengirim limbahnya ke jasa pengelolaan terdekat.

Namun, limbah B3 medis hanya dapat disimpan maksimal 2x24 jam dengan suhu di bawah 0 derajat celcius. Jika limbah diangkut dengan armada yang tak dilengkapai pendingin, lama perjalanan tidak boleh lebih dari batas waktu yang telah ditentukan.

Erwin bilang, aplikasi ini dapat menjadi solusi untuk permasalahan tersebut. Di samping itu, juga berpotensi meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang pengangkutan limbah B3 medis.

“Fasyanskes biasanya akan memilih perusahaan besar untuk mengangkut limbah B3 medis karena kekhawatiran penyalahangunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” tambahnya.

Dengan adanya aplikasi Hazwaste, lanjut dia, para pihak dapat memantau rute perjalanan dan pergerakan kendaraan secara real time. Jika ada hal yang berpotensi pada pembuangan limbah di tempat yang tidak semestinya, pihak penghasil bisa langsung mengkonfirmasi ke pihak pengangkut. Misalnya, truk berhenti di titik yang tidak seharusnya atau melewati rute yang tidak seharusnya.

Adapun pada tahap awal pengembangan aplikasi, tim telah bekerja sama dengan PT Bina Enviro Nusa untuk penggunaan aplikasi. Ia mengaku, ke depan pihaknya juga terbuka untuk kerja sama dengan UMKM lainnya.