Anak Buah Luhut Sebut Ekonomi Digital dan Hilirisasi Bikin Ekonomi ASEAN Moncer
- Di tengah kondisi perdagangan global yang penuh tantangan, ASEAN disebut menunjukkan kinerja yang baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Makroekonomi
JAKARTA - Di tengah kondisi perdagangan global yang penuh tantangan, ASEAN disebut menunjukkan kinerja yang baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Firman Hidayat menuturkan, adanya perjanjian kerangka Ekonomi Digital di ASEAN dapat mendatangkan dampak besar serta melipatgandakan nilai ekonomi digital saat ini sebesar US$1 triliun menjadi US$3 triliun di 2030.
"Hal ini tidak hanya akan memberdayakan UMKM, namun juga menghasilkan pendapatan untuk peningkatan keterampilan dan menciptakan populasi muda produktif di ASEAN," kata dalam acara UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 pada Rabu, 11 Oktober 2023.
- Selandia Baru Diminta Hati-hati Terapkan Stimulus Fiskal
- Dirut PLN Darmawan Beberkan Potensi Hidrogen Hijau Terhadap Transisi Energi
- Gantikan Luhut, Erick Thohir Jadi Menko Marves Ad Interim
ASEAN dirasa harus memperkuat bisnis dan arus perdagangan di kawasan. Berdasarkan hal tersebut, ekspor tahunan ASEAN diperkirakan akan tumbuh hampir 90% menjadi US$3,2 triliun pada tahun 2031.
Lebih lanjut Firman menyebut, peluang ekonomi muncul melalui transformasi digital. Selain itu mengembangkan ekosistem kendaraan listrik secara terintegrasi. juga menjadi alasan Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam perekonomian dunia.
Adapun anak buah Luhut ini mengatakan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu fokus hilirisasi mineral di tanah air. Melalui hiliriasi, sumber daya alam Indonesia bisa memberikan nilai tambah pada perekonomian dan transisi energi.
Firman menegaskan, hiliriasi mampu memperkuat fundamental ekonomi tanah air dan memacu pertumbuhan di atas 5%. Bahkan menurutnya jika hilirisasi terus dilakukan, pertumbuhan ekonomi tanah air bisa sekitar 6%. Dengan begitu, visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045 bisa terwujud dengan cara yang berkelanjutan.
Berdasarkan data BPS, menyebut salah satu komoditas besi baja dengan kode HS 72 nampak mendominasi eskpor ke Cina. Hal ini sekaligus menggeser komoditas Crude Palm Oil (CPO).
PLT Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, memang ada perubahan struktur ekspor untuk nonmigas Indonesia ke Cina dalam dua tahun terkahir menggeser Amerika Serikat (AS). Bahkan nikel dan barang daripadanya atau kelompok HS 75 diakui masuk dalam lima besar kelompok ekspor non migas Indonesia dan Cina.
Pada Januari hingga Agustus 2023 angka ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya ke Cina semakin meningkat menjadi 8,22%. Porsi komoditas bijih logam, terak, dan abu (HS26) pun menurun bahkan tidak lagi masuk dalam lima besar.
Menurut Amalia perubahan komposisi dalam lima besar juga terjadi di pasar Amerika Serikat, yakni dalam periode 2022 - Agustus 2023 komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) masuk dalam lima besar komoditas nonmigas utama, yang diekspor oleh Indonesia ke pasar Amerika Serikat.