Anak Buah Luhut Sebut Indonesia Harus Keluar dari Pola Ekonomi Ayam dan Monyet
- Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengungkapkan, Indonesia harus mengubah pola pikir ekonominya dengan mengibaratkan pengelola perekonomian sebelumnya seperti ayam dan monyet. Apa itu?
Nasional
JAKARTA - Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengungkapkan, Indonesia harus mengubah pola pikir ekonominya dengan mengibaratkan pengelola perekonomian sebelumnya seperti ayam dan monyet. Apa itu?
Seto menganalogikan pola pikir ekonomi Indonesia dahulu hanya fokus mengekspor bahan mentah ke luar negeri. Namun sekarang harus diubah dengan mengelola sumber daya mentah dengan menciptakan nilai tambah.
"Dulu kita itu mindset-nya ekonomi ayam. Kenapa? Kalau ayam cari makan dia gali-gali, makan. Sama kaya Indonesia, nambang gali-gali, ekspor. Namun jika misalnya ada asosiasi yang lain, ekonomi monyet. Petik, makan," katanya dalam Forum Kemitraan Investasi di Hotel Four Seasons, Jakarta pada Rabu, 7 Desember 2022.
- Dirundung Sentimen dari The Fed dan China, Nilai Kurs Rupiah Hari Ini Berpotensi Melemah Lagi
- Ini Cara Mengatasi Twitter Tampilkan Lebih Banyak Tweet ke Pengguna Meski Tidak Follow
- Penjualan Senjata di Dunia Naik Tipis-Tipis
Jika menerapkan prinsip ekonomi ayam hingga monyet tersebut nyatanya tak berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik. Maka salah satu caranya yaitu fokus dalam menggenjot hilirisasi.
Lebih lanjut Seto mengatakan contoh hilirisasi nikel dapat dijadikan acuan karena dari hal ini nilai tambah suatu bahan mentah. Ditambah fokus Indonesia dalam pengembangan baterai kendaraan listrik harus menjadi target tak hanya mengandalkan nikel dan kobalt. Indonesia juga membutuhkan aluminium, anoda, tembaga, dan lainnya.
Seperti diketaui sebelumnya, pemerintah resmi memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel sejak 2020. Aturan tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11/2019.
Dampak hilirisasi nikel menjadi besi baja telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekspor. Berdasarkan data Menko Marves hingga Oktober 2022, kontribusi ekspor nikel tercatat sudah mencapai US$28,3 miliar dan diperkirakan dapat mencapai US$33 miliar pada akhir 2022. Kedepannya, pemerintah juga berencana untuk menerapkan kebijakan serupa terhadap sumber daya alam mineral lainnya.
Berdasarkan data pemerintah, per Oktober 2022 kontribusi turunan ekspor nikel mencapai US$28,3 miliar atau setara dengan Rp441,4 triliun (kurs Rp15.600 per dolar AS). Pada akhir tahun 2022 jumlahnya diprediksi melonjak hingga mencapai US$33 miliar atau Rp514,6 triliun.