Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto
Nasional

Anak Buah Luhut: Uni Eropa dan AS Dipastikan Resesi di 2023, UMKM Jadi Andalan

  • Akibat ketidakstabilan ekonomi global dari imbas konflik Rusia Ukraina, pandemi COVID-19 hingga memanasnya konflik China dan Taiwan membuat kondisi ekonomi sulit di prediksi.
Nasional
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto meramal Uni Eropa akan 100% mengalami resesi ekonomi pada 2023. Sementara Amerika Serikat diprediksi 65% resesi.

Resesi kedua raksasa ekonomi global diakibatkan oleh ketidakstabilan ekonomi global dari imbas konflik Rusia Ukraina, pandemi COVID-19 hingga memanasnya konflik China dan Taiwan membuat kondisi ekonomi sulit di prediksi.

Menurut Seto, resesi yang terjadi pada sejumlah negara maju tentu bakal berpengaruh ke pengusaha Indonesia. Salah satu imbasnya akan membuat volume ekspor ke negara tujuan menurun.

"Di Uni Eropa 12 bulan ke depan 100% hampir pasti resesi. Amerika Serikat 65% resesi," katanya dalam Forum Kemitraan Investasi di Hotel Four Seasons, Jakarta pada Rabu, 7 Desember 2022.

Seto mengingatkan kemitraan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan investor besar harus jadi kunci ketahanan perekonomian pada 2023.

Senada dengan Seto, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga turut mendorong UMKM dan pengusaha besar turut berkolaborasi demi pemerataan ekonomi.

Bahlil mengakui memang, kondisi perekonomian dunia sangat sulit untuk diprediksi. Meski begitu Bahlil pede, kondisi makro ekonomi Indonesia yang terus membaik di tengah ketidakpastian. Hal tersebut di proyeksikan dari pertumbuhan oleh IMF dan Bank Dunia, pertumbuhan pada 2023 di angka 4% sampai 5%.

Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, sejak Februari sampai dengan 5 Desember 2022, tercatat total komitmen kesepakatan kerja sama antara 235 pengusaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 421 UMKM di daerah sekitar Rp4,46 triliun.