Pekerja di PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Rekomendasi

Analis: Netral untuk Sektor Nikel RI, Saham ANTM dan INCO Layak Dicermati

  • Dia mengungkapkan alasannya menjagokan saham ANTM, yaitu disebabkan transformasi perseroan menuju produsen baterai kendaraan listrik berbasis nikel yang terintegrasi dan kebijakan dividen yang cukup jumbo, minimal 30% DPR.

Rekomendasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyematkan peringkat netral pada sektor nikel Indonesia, diikuti oleh berbagai faktor yang mendorong maupun yang memberatkannya.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan, sinyal positif industri nikel Indonesia didukung oleh prospek permintaan ke depan dari ekspektasi pertumbuhan baterai kendaraan listrik, dan meningkatnya permintaan kendaraan listrik global.

Dia memproyeksikan bahwa Indonesia akan memproduksi 21 juta ton FeNi pada tahun mendatang. Selain itu, gelombang smelter nikel kelas 1 JV Indonesia-China diyakini akan semakin dekat.

“Dinamika ini dapat menyebabkan lonjakan pasokan nikel kelas 1 mulai tahun ini,” ujarnya melalui riset yang dirilis Senin, 8 Januari 2024.

Di tengah surplus produksi nikel Indonesia dan lambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok pada tahun 2024, dia memperkirakan harga nikel London Metal Exchange (LME) rata-rata akan berkisar antara US$15.000 – US$18.000 per ton.

Kendati begitu, dirinya mewaspadai adanya peralihan yang sedang berlangsung dalam industri baterai electric vehicle (EV) ke baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) yang disebut-sebut lebih unggul dari Ternary lithium-ion (NMC) yang saat ini banyak di pasaran.

“Kami memberikan peringkat Netral untuk sektor nikel Indonesia berdasarkan faktor-faktor yang disebutkan di atas,” imbuhnya.

Rekomendasi Saham

Dengan analisis itu, Rizkia merekomendasikan sejumlah saham yang terlibat pada bisnis nikel, seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan saham emiten pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Dia mengungkapkan alasannya menjagokan saham ANTM, yaitu disebabkan transformasi perseroan menuju produsen baterai kendaraan listrik berbasis nikel yang terintegrasi dan kebijakan dividen yang cukup jumbo, minimal 30% DPR. 

“Rekomendasi kami untuk ANTM adalah Trading Beli, dengan target pada harga Rp1.850 per lembar,” paparnya.

Sedangkan untuk INCO, dia melihat potensi pertumbuhan yang kian besar pada 2025 mendatang. Pada tahun 2024, kinerja keuangan INCO kemungkinan akan tetap bergantung pada harga nikel global dan kemampuannya dalam mengelola biaya. 

“Rekomendasi kami untuk INCO adalah Trading Beli, dengan target Rp4.900 per saham,” pungkasnya.