<p>Foto: Ismail pohan/TreAsia</p>
Industri

Analis: Omnibus Law Bakal Bawa Rupiah ke Level Rp14.500

  • JAKARTA – Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) dinilai mampu mendorong nilai rupiah hingga ke level Rp14.500 pada akhir tahun. Reformasi birokrasi yang dijanjikan UU sapu jagat alias omnibus law itu diyakini bakal menepikan status rupiah sebagai kurs mata uang terburuk di Asia dalam setahun terakhir. Sebaimana diketahui, rupiah telah menjadi mata uang dengan pelemahan […]

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) dinilai mampu mendorong nilai rupiah hingga ke level Rp14.500 pada akhir tahun. Reformasi birokrasi yang dijanjikan UU sapu jagat alias omnibus law itu diyakini bakal menepikan status rupiah sebagai kurs mata uang terburuk di Asia dalam setahun terakhir.

Sebaimana diketahui, rupiah telah menjadi mata uang dengan pelemahan terbesar di Asia sepanjang kuartal II lalu. Rupiah melemah 4,1% di tengah semakin meradangnya pandemi Covid-19. Plus kekhawatiran investor atas terpangkasnya independensi Bank Indonesia (BI) serta kondisi ekonomi yang sempat mengalami kontraksi terparah sejak 1998.

Sementara itu, berdasarkan kurs Jisdor hari ini, nilai rupiah masih berada pada level Rp14.746 per dolar AS. Angka ini melemah 9 poin dibandingkan penutupan Jumat lalu yang senilai Rp14.737.

Analis FX Credit Agrcole CIB Hong Kong, David Forrester menyebut, omnibus law bakal mengubah prediksi buruk bagi nilai rupiah dalam sisa akhir tahun ini. Reformasi struktural yang dijanjikan omnibus law bakal menjadi kabar baik bagi pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

Pengesahan omnibus Cipta Kerja adalah kabar baik bagi rupiah karena merupakan reformasi struktural jangka panjang yang akan meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi,” kata David seperti dinukil Bloomberg, Senin 12 Oktober 2020.

Suku Bunga BI

Sepanjang 2020, rupiah gagal menembus batas resistensi pada 200 hari terakhir. Beruntung, angka support di level 15.000 masih bertahan di paruh kedua berkat dorongan BI dan surplus neraca perdagangan.

Diketahui BI banyak melakukan intervansi dengan membiarkan suku bunga tidak berubah pada dua pertemuan terakhirnya. Itu mengapa pergerakan rupiah pekan ini akan sangat bergantung pada keputusan BI, Selasa 13 Oktober besok.

Di sisi lain, ahli stretegi FX ANZ Banking Group Ltd Singapura Irene Cheung menilai,  sentimen global masih menjadi faktor terbesar pergerekan nilai rupiah. Pasalnya, kini 27% obligasi negara dipegang oleh investor asing.

Kekhawatiran lain juga ada pada upaya pencegagahan pemerintah terhadap transmisi COVID-19. Belakangan, angka positif Covid-19 di Indonesia diprediksi bakal bertambah pesat menyusul adanya protes massa usai UU Ciptaker disahkan pekan lalu.

Prospek rupiah dalam beberapa minggu mendatang akan bergantung pada sentimen risiko global karena IDR adalah yielder tertinggi di Asia,” kata Irene Cheung, “Di depan ini, pemilihan AS akan menjadi pengawasan utama mengingat ketidakpastian yang tinggi dan arus berita.”