Analisis Kerugian GOTO Rp80 Triliun dari Transaksi dengan TikTok
- Kabar mengejutkan datang ketika GOTO melaporkan kerugian sebesar Rp80,3 triliun, yang membuatnya mencatat rekor kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan Tbk di Indonesia.
Korporasi
JAKARTA - Pada tanggal 31 Januari 2024, PT GoTo Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO) mengumumkan hasil transaksi dengan TikTok dan dampaknya terhadap laporan keuangan perusahaan.
Kabar mengejutkan datang ketika GOTO melaporkan kerugian sebesar Rp80,3 triliun, yang membuatnya mencatat rekor kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan Tbk di Indonesia.
Penyebab kerugian tersebut dijelaskan oleh pengamat pasar modal, Teguh Hidayat, yang merinci bahwa transaksi dengan TikTok pada dasarnya menyebabkan penurunan nilai ekuitas dan aset GOTO.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah mengapa GOTO tetap berkolaborasi dengan TikTok meskipun merugikan perusahaan sebesar itu?
- Tak Hanya Inflasi Medis, ‘Overtreatment’ RS Bikin Klaim Asuransi Lebih Tinggi
- PAL-PLN Kolaborasi Hadirkan Pembangkit Listrik Terapung di Maluku
- Cadangan Devisa China Turun Rp136 Triliun, Ini Pemicunya
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat sejarah berdirinya GOTO. Perusahaan ini merupakan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia pada tahun 2015.
Pada Mei 2021, GOTO mengakuisisi Tokopedia dengan nilai Rp113 triliun, menggunakan penerbitan saham baru.
Namun, analisis Teguh menunjukkan bahwa nilai wajar Tokopedia sebenarnya hanya Rp20 triliun, menyebabkan munculnya goodwill sebesar Rp93 triliun di laporan keuangan GOTO.
Teguh menjelaskan bahwa kebijakan akuntansi Indonesia memungkinkan praktik seperti ini, di mana nilai ekuitas dan aset perusahaan dapat meningkat secara signifikan dengan menggunakan standar akuntansi yang berlaku.
Namun, hal ini memunculkan pertanyaan tentang keabsahan praktik ini dan apakah perusahaan seharusnya memanfaatkannya.
Pada akhirnya, setelah pelepasan Tokopedia ke TikTok, GOTO kehilangan 75% saham Tokopedia dan tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas.
Hal ini mengakibatkan penghapusan aset goodwill senilai Rp76.6 triliun, yang pada gilirannya menyebabkan kerugian sebesar Rp80.3 triliun di laporan keuangan GOTO.
Posisi laporan keuangan GOTO setelah transaksi ini menunjukkan penurunan total aset dari Rp132 triliun menjadi Rp49.5 triliun dan ekuitas dari Rp116 triliun menjadi Rp40,5 triliun per Q3 2023.
Laporan laba rugi juga mencatat penurunan pendapatan dari Rp10,5 triliun menjadi Rp6,9 triliun, sementara rugi bersih meningkat dari Rp9,6 triliun menjadi Rp88,1 triliun.
Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar kerugian ini terkait dengan pencatatan transaksi dengan TikTok, dan bukan uang yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan.
- Pertamina Geothermal (PGEO) Ekspansi ke Turki, Bagaimana Prospek Sahamnya?
- Akuisisi TikTok terhadap Tokopedia Berpotensi Dongkrak Kinerja Keuangan GOTO
- Jajaran Direksi dan Komisaris Tokopedia setelah Diakuisisi TikTok
Teguh juga menyoroti bahwa valuasi saham GOTO menjadi lebih rendah setelah transaksi ini, meskipun harga sahamnya sudah turun signifikan dari harga IPO.
Hal ini mengindikasikan bahwa pasar modal tidak sepenuhnya percaya dengan kinerja dan nilai perusahaan setelah kehilangan saham mayoritas Tokopedia.
Meskipun demikian, Teguh setuju bahwa pelepasan Tokopedia ke TikTok dapat menguntungkan GOTO dalam jangka panjang, mengingat beban operasional yang berkurang dengan tidak lagi memegang mayoritas saham Tokopedia.
Ini diharapkan dapat membawa GOTO menuju keuntungan lebih cepat dan mengubah arah kinerjanya yang selama ini cenderung merugi.
“Sejak awal GOTO juga bakar duit terus di Tokped, sehingga dengan perusahaan tidak lagi pegang Toped maka beban operasionalnya jadi berkurang sehingga harapannya GOTO akan mencapai profit lebih cepat pasca kolaborasi dengan TikTok ini, aka tidak rugi melulu seperti sekarang,” kata Teguh dikutip dari risetnya, Senin, 12 Februari 2024.