Ancam NATO, Putin Turunkan Ambang Batas Penggunaan Nuklir
- Putin menyatakan serangan terhadap negaranya oleh kekuatan nonnuklir dengan partisipasi atau dukungan kekuatan nuklir akan dilihat sebagai serangan bersama terhadap Federasi Rusia.
Dunia
JAKARTA- Dalam peringatan baru yang kuat kepada Barat , Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika diserang dengan rudal konvensional. Moskow akan menganggap serangan apa pun yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan bersama.
Ancaman tersebut diuraikan dalam revisi doktrin nuklir Moskow. Jelas ancaman ditujukan untuk mencegah Barat mengizinkan Ukraina menyerang Rusia dengan senjata jarak jauh. Doktrin baru tampaknya secara signifikan menurunkan ambang batas kemungkinan penggunaan persenjataan nuklir Rusia.
Putin mengumumkan versi revisi dokumen tersebut saat berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia Rabu 25 September 2024. Dewan Keamanan Rusia menjadi semacam politbiro modern yang beranggotakan pejabat-pejabat Putin yang paling berkuasa. Termasuk para tokoh garis keras yang berpengaruh.
- Usai Melambung, Harga Emas Hari Ini Terkoreksi Tipis
- Saham ACES Terbang 4 Persen, Paling Top di LQ45
- Masih Tren Penurunan, IHSG Pagi Ini Lesu ke 7.693,88
Putin menyatakan serangan terhadap negaranya oleh kekuatan nonnuklir dengan partisipasi atau dukungan kekuatan nuklir akan dilihat sebagai serangan bersama terhadap Federasi Rusia.
Dia tidak menjelaskan secara rinci apakah dokumen yang dimodifikasi tersebut memperkirakan respons nuklir terhadap serangan semacam itu. Tetapi dia menekankan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan konvensional yang menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan negara. Sebuah rumusan yang tidak jelas yang memberikan ruang luas untuk interpretasi.
Putin mengatakan bahwa pekerjaan mengenai amandemen untuk mengubah doktrin tersebut telah berlangsung selama setahun terakhir.
“Tiga serangkai nuklir tetap menjadi jaminan terpenting untuk menjamin keamanan negara dan warga negara kita, sebuah instrumen untuk menjaga paritas strategis dan keseimbangan kekuatan di dunia,” kata Putin. Yang dimaksud tiga serangkai nuklir adalah tiga triad nuklir yakni kekuatan darat, laut dan udara.
Keputusan untuk mengubah doktrin nuklir resmi Rusia merupakan jawaban Kremlin terhadap pertimbangan di Amerika Serikat dan Inggris tentang apakah akan memberikan izin kepada Ukraina menembakkan rudal konvensional Barat ke Rusia atau tidak.
"Syarat-syarat transisi Rusia menuju penggunaan senjata nuklir juga sudah ditetapkan dengan jelas," kata Putin. Dia menambahkan bahwa Moskow akan mempertimbangkan langkah tersebut jika mendeteksi dimulainya peluncuran besar-besaran rudal, pesawat terbang, atau pesawat tanpa awak terhadapnya.
Rusia juga memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir jika Rusia atau sekutunya, Belarusia, menjadi sasaran agresi. Termasuk dengan senjata konvensional. Putin mengatakan klarifikasi tersebut akan dikalibrasi secara cermat dan sepadan dengan ancaman militer modern yang dihadapi Rusia . Ini menjadi konfirmasi bahwa doktrin nuklir sedang berubah.
Rudal Barat
Perubahan doktrin tersebut menyusul peringatan Putin kepada Amerika dan sekutu NATO lainnya. Dia menegaskan membiarkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok Barat untuk menyerang wilayahnya berarti Rusia dan NATO sedang berperang.
Sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun 2022, dia dan sejumlah tokoh Kremlin lainnya kerap mengancam Barat dengan persenjataan nuklir. Ini sebagai upaya Rusia mencegahnya meningkatkan dukungan bagi Kyiv.
Sebelumnya doktrin nuklir Rusia ditetapkan dalam dekrit Putin tahun 2020. Doktrin itu menyebutkan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh. Atau serangan konvensional yang mengancam keberadaan negara.
Inovasi yang diuraikan oleh Putin mencakup perluasan ancaman yang akan dianggap Rusia sebagai serangan nuklir. Dimasukkannya Belarusia di bawah payung nuklir, dan gagasan bahwa kekuatan nuklir saingan yang mendukung serangan konvensional terhadap Rusia juga akan dianggap menyerangnya.
- Biaya Pemasangan PLTS di Rumah, Berikut Rinciannya
- Inilah Perusahaan-Perusahaan di Indonesia yang Memanfaatkan PLTS
- Komisi XI DPR Curigai Adanya Pengaturan Diskriminatif dalam RPMK Terkait Rokok Elektrik
Amerika Serikat pada tahun 2022 sangat khawatir tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia. Washington memperingatkan Putin mengenai konsekuensi penggunaan senjata tersebut.
Putin menganggap Barat sebagai agresor yang dekaden. Sementara Presiden AS Joe Biden menganggap Rusia sebagai negara otoriter yang korup dan Putin sebagai pembunuh. Keduanya telah memperingatkan bahwa konfrontasi langsung Rusia-NATO dapat meningkat menjadi Perang Dunia Ketiga. Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump juga telah memperingatkan tentang risiko perang nuklir.
Menanggapi pernyataan Putin kepala staf Presiden Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak mengatakan, Rusia tidak lagi memiliki instrumen untuk mengintimidasi dunia selain dari pemerasan nuklir. “Rusia tidak lagi memiliki instrumen untuk mengintimidasi dunia selain dari pemerasan nuklir,” kata Andriy Yermak. “Instrumen-instrumen ini tidak akan berhasil,” tambahnya
Rusia adalah negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia. Bersama-sama, Rusia dan Amerika mengendalikan 88% hulu ledak nuklir dunia.
“Terlepas dari apakah Anda menganggap ini gertakan atau tidak, tidak pernah ada hal yang baik ketika negara dengan kekuatan nuklir besar melonggarkan persyaratan penggunaan nuklir dalam kebijakan deklaratifnya,” kata Samuel Charap, ilmuwan politik senior di RAND, dalam sebuah posting di X.