Ancaman Resesi Makin Nyata, Airlangga: Indonesia Harus Hati-Hati
- Sinyal resesi global yang diperkirakan terjadi 2023 semakin kuat berhembus. International Monetary Fund (IMF) telah melakukan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9%.
Nasional
JAKARTA - Sinyal resesi global yang diperkirakan terjadi 2023 semakin kuat berhembus. International Monetary Fund (IMF) telah melakukan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut buka suara terkait potensi resesi ini. Terlebih sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut sudah ada 28 negara yang masuk list minta bantuan ke IMF.
"Bandingkan dengan pada saat financial crisis di Asia yang jumlah negara masuk pasien IMF jauh lebih kecil dari itu. Indonesia harus hati-hati," kata Airlangga dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo 2022 yang dilihat virtual, pada Kamis, 13 Oktober 2022.
- Implementasi ESG di Indonesia (Serial 2) : Begini Praktik Prinsip Lingkungan Dalam Perusahaan Ekstraktif
- Setelah Vaksin IndoVac, Erick Thohir Beberkan Strategi Konsolidasi Ekosistem Kesehatan di Tanah Air
- The Fed Kian Agresif, Ini 8 Tren Investasi di Penghujung 2022 Versi DBS
Maka dari itu Menko mengingatkan kepada masyarakat untuk terus waspada dan hati-hati karena bayang-bayang resesi juga dihadapi semua negara atau badai besar (perfect storm) 5C yakni COVID-19 yang belum mereda, conflict Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, climate change atau perubahan iklim, commodity price yang melonjak, dan cost of living sebagai dampak dari inflasi.
Airlangga juga menambahkan ada sebanyak 55 negara ekonominya sudah melambat di kuartal II-2022 di antaranya Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan China. Bahkan ada yang terkontraksi seperti Sri Lanka, Ukraina dan Rusia. Imbasnya ada peningkatnya harga pangan dan energi yang salah satunya disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina juga telah mendorong kenaikan inflasi global dan pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara.
Ia mencontohkan bahwa AS sudah menaikkan suku bunga 300 bps, UE menaikkan 125 bps dan Indonesia juga sudah meningkatkan suku bunga 75 bps. Menko mendorong kerja sama semua pihak termasuk di pasar modal membuat ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5% selama 3 kuartal terakhir. Di kuartal III-IV 2022, dia berharap pertumbuhannya bisa mencapai 5,2%.