Ancaman Varian Omicron Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
- Varian terbaru virus corona, Omicron, kali pertama terdeteksi di Botswana pada tanggal 11 November. Profesor Francois Balloux, direktur Institute Genetika di Un
Dunia
JAKARTA - Varian terbaru virus corona, Omicron, kali pertama terdeteksi di Botswana pada tanggal 11 November. Profesor Francois Balloux, direktur Institute Genetika di University College London, memperkirakan bahwa varian itu mungkin muncul dari orang dengan gangguan kekebalan yang menyimpan virus untuk jangka waktu yang lama, “mungkin pada pasien HIV/AIDS yang tidak diobati”.
Pasien yang terjangkit varian terbaru itu memiliki keluhan berupa kelelahan, sakit kepala dan tubuh dan terkadang sakit tenggorokan serta batuk, menurut Angelique Coetzee, yang merupakan ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan.
Sebagai perbandingan, infeksi varian Delta menyebabkan peningkatan denyut nadi, mengakibatkan kadar oksigen rendah dan kehilangan penciuman dan rasa, katanya.
Saat ini, WHO sedang menganalisis mutasi terbaru tersebut, dan mengaku masih terlalu dini untuk menentukan seberapa menular dan parah varian Omicron. Sementara risiko secara global dari varian Omicron dinilai sangat-sangat tinggi menurut WHO dalam pertemuan teknis pada hari Senin, 29 November 2021.
- Permintaan Tinggi, Mayoritas Dana IPO Tays Bakers (TAYS) Untuk Bangun Pabrik
- Cegah Pencemaran Industri, Kemenperin Ciptakan Teknologi Pegolahan Polutan
- UMKM Mulai Menggeliat, Realisasi KUR Capai Rp263 Triliun hingga November 2021
Negara-negara di seluruh dunia tengah berlomba-lomba mengidentifikasi kasus varian Omicron dari Covid-19 di negaranya, dengan ketakutan atas peraturan-peraturan baru yang memaksa pemerintah untuk menutup perbatasan dan meninjau kembali pembatasan.
Analisis awal ekonom mengatakan bahwa kemunculan varian virus corona terbaru ini akan menimbulkan tantangan baru bagi bank sentral global dengan mengancam pertumbuhan ekonomi sembari menambah tekanan inflasi. Kemungkinan pembatasan baru pada aktivitas juga berisiko menggagalkan rencana untuk menarik stimulus moneter selagi memperkuat ketidakseimbangan yang sama yang telah memicu gelombang lonjakan harga konsumen saat ini.
Omicron muncul kurang dari beberapa minggu jelang keputusan penting oleh bank sentral global, dengan Federal Reserve yang mungkin mempercepat penghentian stimulusnya, Bank of England yang berpotensi akan menaikkan suku bunga, dan rencana Bank Sentral Eropa untuk melonggarkan zona euro dari pembelian obligasi darurat.
Ketua Fed, Jerome Powell mereferensikan dinamika yang disajikan omicron untuk ekonomi, yaitu “risiko penurunan” untuk pekerjaan dan pertumbuhan, juga “peningkatan ketidakpastian” untuk inflasi, katanya dalam sambutan yang disiapkan pada hari Senin menjelang sidang kongres.
"Ini mungkin membuat bank sentral mempertanyakan waktu dan tingkat kenaikan suku bunga, yang telah ditetapkan pasar selama tahun depan," kata Alex Brazier, ahli strategi di BlackRock Investment Institute dan mantan pejabat senior di Bank of England.
“Pertanyaannya adalah, seberapa besar delay ekonominya. Delay di sini berarti pertumbuhan yang lemah dalam jangka pendek, tetapi tumbuh kuat nantinya.” tambahnya.
Rantai Pasokan
Keputusan rumit yang harus ditentukan oleh pembuat kebijakan adalah risiko Omicron yang mengarah ke pembatasan baru di pusat manufaktur seperti yang terjadi pada China, yang makin memperburuk masalah rantai pasokan, dan juga meningkatkan kekurangan tenaga kerja karena kekhawatiran kesehatan yang akan menghalangi orang untuk kembali bekerja.
Hal ini dapat memacu inflasi, yang sudah menghadapai potensi percepatan akibat permintaan konsumen yang tinggi menjelang musim liburan dan didukung oleh tabungan yang terpendam.