Angka Ekspor Susut, Buruh China Protes dan Mogok Kerja
- Aksi mogok di pabrik-pabrik China telah melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun.
Ekonomi Global
BEIJING- Aksi mogok di pabrik-pabrik China telah melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun. Diperkirakan, aksi mogok akan menjadi lebih sering karena permintaan global yang melemah. Hal ini tentunya memaksa eksportir untuk memotong gaji pekerja dan menutup pabrik.
Ekspor dan produksi pabrik di ekonomi terbesar kedua di dunia itu anjlok pada Mei. Penyebabnya adalah penurunan yang membayangi memaksa Amerika Serikat dan Eropa untuk mengurangi pesanan barang-barang buatan China.
Imbasnya, beberapa pabrik tutup atau berjuang untuk membayar upah atau pesangon bagi pekerja yang di-PHK. Peneliti tenaga kerja China mengatakan Hal itu telah menyebabkan lonjakan perselisihan perburuhan yang merusak kepercayaan konsumen dan bisnis saat pulih dari tiga tahun pembatasan COVID-19.
"Kami percaya bahwa penurunan pesanan manufaktur dan penutupan pabrik akan terus berlanjut," kata peneliti di kelompok HAM China Labor Bulletin (CLB) yang berbasis di Hong Kong, Aidan Chau. Chau menambahkan bahwa saat ini para pemilik pabrik berupaya memangkas biaya dengan membuang pekerja.
- Kekayaan Nadiem Makarim Melonjak hingga 3 Kali Lipat di Akhir 2022, Sentuh Angka Rp4 Triliun
- 18 Pengurus PGRI Provinsi: PGRI Sedang Tidak Baik-baik Saja
- Tepis Sejumlah Isu, Indonesia Ungkap Kontrak Pembelian Jet Tempur Mirage 2000 Bekas Qatar
Mengutip Reuters Kamis, 15 Juni 2023, CLB mencatat lebih dari 140 pemogokan di pabrik-pabrik di seluruh negeri dalam lima bulan pertama tahun ini. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 313 yang tercatat selama periode yang sama tahun 2016.
Berdasarkan data kelompok hak asasi, sebagian besar didasarkan pada protes yang dilaporkan di media sosial. Beberapa protes tersebut dapat diverifikasi oleh CLB melalui kontak dengan serikat pekerja atau pabrik.
Banyak pemogokan terkonsentrasi di jantung manufaktur China di provinsi Guangdong dan Delta Sungai Yangtze. Wilayah tersebut melibatkan eksportir, termasuk dari pabrik garmen, sepatu dan papan sirkuit cetak.
Dalam satu video yang dirujuk dalam catatan pemogokan nasional CLB yang dipetakan, lusinan pekerja wanita di Zhong Min Sportswear Goods Shenzhen Ltd. Co. berjalan keluar dari kompleks pabrik.
Video tersebut dipublikasikan pada 24 Mei di Douyin, TikTok versi China. Unggahan tersebut ditandai sebagai perilaku bos membayar penegakan hukum dan menipu uang pekerja.
Rantai Pasokan Global
Pabrik-pabrik China memproduksi sepertiga dari barang manufaktur global. Tentunya ini membentuk rantai pasokan kompleks yang pada akhirnya lebih mengandalkan ekspor daripada permintaan domestik. Alhasil, menyebabkan surplus perdagangan raksasa dalam ekonomi mencapai US$18 triliun.
Perusahaan Manufaktur banyak menggunakan tenaga kerja berupa ratusan juta migran pedesaan. Menurut aktivis tenaga kerja, banyak di antara pekerja memiliki kontrak sementara atau dipekerjakan secara informal.
Hal ini membuat pekerja rentan terhadap lembur yang tidak dibayar, pemotongan gaji dadakan, atau PHK tanpa proses hukum atau kompensasi, karena pabrik berupaya mengurangi biaya.
Pekerja merasa sulit untuk menang dalam konflik apa pun. Di sisi lain, pasukan keamanan turun tangan lebih awal untuk membubarkan pengunjuk rasa dan menyensor bukti perselisihan di media sosial.
Serikat pekerja merupakan inti dari permulaan proletariat Partai Komunis tetapi hanya memainkan peran marjinal di Cina otoriter modern. Namun, beberapa analis mengatakan pemogokan pabrik bisa menjadi sakit kepala politik bagi Partai.
"Perusahaan beradaptasi dengan realitas kelebihan kapasitas melalui pemotongan gaji dan PHK," kata ekonom senior China di Economist Intelligence Unit, Xu Tianchen. Xu menambahkan bahwa pemotongan pekerjaan dan gaji tidak hanya akan merugikan pertumbuhan, tetapi juga bisa menjadi sumber ketidakstabilan.