Angkatan Darat Amerika Memodelkan Robot Masa Depannya pada Tupai
- Para ilmuwan yakin dengan memahami keputusan sepersekian detik yang dibuat tupai saat mereka melompat dari cabang ke cabang akan membantu para ilmuwan mengembangkan robot yang lebih gesit.
Tekno
CALIFORNIA-Di University of California, Berkeley, para ilmuwan membuka jalan bagi robot Angkatan Darat Amerika di masa depan untuk bisa secara mandiri bergerak di atas medan yang kasar dengan mudah. Penemuan ini tidak lepas dari pahlawan yang tidak terduga: tupai.
Secara khusus para peneliti sedang mempelajari tupai untuk memahami mengapa mereka sangat pandai membuat lompatan berbahaya untuk mencapai camilan kacang yang lezat. Tupai sangat pandai "membaca" rintangan dengan keterbatasan fisik mereka sendiri, sehingga mereka hampir tidak pernah jatuh.
Para ilmuwan yakin dengan memahami keputusan sepersekian detik yang dibuat tupai saat mereka melompat dari cabang ke cabang akan membantu mengembangkan robot yang lebih gesit.
Kualitas itu sangat berlawanan dengan apa yang bisa dibanggakan oleh kebanyakan robot. Penggerak adalah subbidang robotika yang sangat rumit karena suatu alasan yakni mesinnya sangat berpeluang untuk jatuh dan macet. Jadi menggunakan tupai sebagai kasus uji dapat membantu robot militer serta pencarian dan penyelamatan menegosiasikan bahkan medan yang paling tidak rata.
- Kisah Sukses UMKM: Nasi Liwet Mahkota Rasa, Spesial Sehat Tanpa Santan
- Kurs Dolar Hari Ini: Tapering Kian Dekat, Rupiah Makin Terpuruk
- Cara Download Lagu Gratis dan Aman Pakai Mp3 Juice
Amerika telah menerjunkan beragam drone terbang selama dua dekade terakhir dari MQ-1 Predator hingga MQ-4 Global Hawk yang berukuran pesawat jet penumpang, tetapi pengembangan drone berbasis darat telah tertinggal. Tidak seperti drone terbang yang tidak perlu mengatasi rintangan atau situasi rumit, drone darat menjelajah lingkungan yang lebih kompleks.
Drone darat menghadapi berbagai rintangan dengan beberapa dapat dilalui dan beberapa tidak. Mendeteksi apakah ia bisa memanjat tumpukan batu atau melompati parit, misalnya, adalah jenis pertanyaan rumit yang harus bisa dijawab oleh otak robot dengan cepat di lapangan.
Selama beberapa dekade, para ahli robotik telah meneliti makhluk hidup lainnya, seperti tokek dan kecoa dalam upaya mereka membangun robot gesit yang dapat menaklukkan situasi yang menantang. Tetapi sekarang fokusnya telah bergeser ke masalah yang lebih rumit yakni mencari tahu bagaimana robot dapat belajar membuat keputusan pergerakan sepersekian detik berdasarkan keterbatasan mekanis mereka sendiri.
Tupai memiliki kemampuan luar biasa untuk menilai rintangan dengan kelincahan mereka. Mereka dapat mempelajari suatu masalah seperti meraih kacang yang tergantung dan menentukan apakah suatu tindakan, seperti melompat dari batang kayu ke kacang tersebut akan berhasil.
Tupai tidak selalu sempurna dalam menilai lompatan, tetapi mereka tidak pernah mengalami kegagalan. Meskipun mereka mungkin berhenti sejenak untuk menilai dan bahkan membuat beberapa kesalahan awal, tupai tidak pernah benar-benar jatuh saat melakukan lompatan. Dalam skenario terburuk, mereka juga dapat menggunakan cakar mereka untuk menempel dengan kuat ke pohon.
Keputusan Cepat
Dean Culver, Manager Complex Dynamics and Systems at the U.S. Army Combat Capabilities Development Command menjelaskan medan perang, terutama di masa depan adalah tempat yang tidak terduga. “Jika kita ingin robot pergi ke medan perang mana pun platform ini akan membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan kreatif,” katanya kepada Popular Mechanics Selasa 28 September 2021.
- Bukan di LK21 dan Drakorindo, Ini Link Nonton Drakor It's Okay to Not Be Okay
- Mulai Hari Ini! Google Blokir Aplikasi Miliknya di Ponsel Android Versi Lama, Cek Daftarnya
- BRI Agro Resmi Garap Bank Digital dan Ganti Nama Jadi Bank Raya, Tinggalkan Petani?
Culver menambahkan tupai mampu menilai rintangan dan lingkungan mereka untuk menegosiasikan lompatan yang berhasil hampir setiap saat. Bahkan ketika mereka gagal, margin kesalahannya cukup kecil sehingga cakar mereka yang tajam memungkinkan mereka untuk pulih tanpa cedera.
“Dengan mempelajari bagaimana organisme (seperti tupai) memutuskan bagaimana melompat dan mendarat untuk mencapai tujuan mereka, kita dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana sistem rekayasa masa depan membuat keputusan dan bertindak untuk menanggapi skenario yang belum mereka latih,” kata Culver.
Ilmuwan Berkeley juga menyelidiki bagaimana pekerjaan mereka dapat bermanfaat bagi robot pencari dan penyelamat. Robot yang memasuki gedung runtuh, tanah retak akibat gempa, atau zona bencana lainnya yang memiliki banyak rintangan di jalurnya.
“Prinsip yang sama berlaku untuk kemampuan kinerja yang diperlukan robot di medan perang masa depan berlaku untuk robot dalam pencarian dan penyelamatan,” kata Culver.