Sebuah perahu kayu yang mengangkut Muslim Rohingya terlihat di lepas pantai Sabang, provinsi Aceh, Indonesia (Reuters/Risk Munawarah)
Nasional

Angkatan Laut Halau Kapal Pengangkut Rohingya

  • Lebih dari 1.500 orang Rohingya telah mendarat di Indonesia sejak November, menurut data dari badan pengungsi PBB (UNCHR). Hal ini menghadapi permusuhan dan penolakan yang semakin meningkat karena penduduk setempat semakin frustrasi dengan banyaknya kapal yang tiba.
Nasional
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Sebuah kapal militer TNI Angkatan Laut (AL) di Aceh menghalau sebuah perahu yang membawa pengungsi Rohingya dari Myanmar. Upaya itu diambil karena jumlah pengungsi yang semakin bertambah sehingga memicu konflik dengan penduduk setempat.

“Perahu kayu itu ditemukan di perairan dekat Pulau Weh, lepas pantai Sumatera,” kata juru bicara TNI AL Nugraha Gumilar. Kapal militer Indonesia mengawasi perahu tersebut, yang diyakini membawa Rohingya, kelompok minoritas Muslim dari Myanmar yang teraniaya, sampai berada di luar perairan Indonesia dan tidak akan kembali.

“Tidak ada perkiraan berapa banyak warga Rohingya yang berada di kapal,” ujar Nugraha, dikutip dari Reuters, Jumat, 29 Desember 2023. Kementerian Luar Negeri Indonesia tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Lebih dari 1.500 orang Rohingya telah mendarat di Indonesia sejak November, menurut data dari badan pengungsi PBB (UNCHR). Hal ini menghadapi permusuhan dan penolakan yang semakin meningkat karena penduduk setempat semakin frustrasi dengan banyaknya kapal yang tiba.

Pada Rabu, 27 Desember 2023, kerumunan mahasiswa Indonesia menyerbu sebuah pusat konvensi yang menampung ratusan orang Rohingya di ibu kota Aceh, menyerukan deportasi mereka. UNHCR mengatakan sangat terganggu melihat serangan massa di sebuah situs yang melindungi keluarga pengungsi yang rentan.

Selama bertahun-tahun, Rohingya telah meninggalkan Myanmar, di mana mereka umumnya dianggap sebagai penyelundup asing dari Asia Selatan, ditolak kewarganegaraannya dan menjadi sasaran pelecehan. 

Mereka biasanya meninggalkan Myanmar, menuju Indonesia atau Malaysia, terutama dari November hingga April, ketika laut lebih tenang. Indonesia, sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, bukanlah penandatangan Konvensi PBB tentang Pengungsi tahun 1951, tetapi memiliki sejarah menerima pengungsi jika mereka tiba.

Indonesia telah mengimbau otoritas Myanmar menghentikan kekerasan terhadap Muslim Rohingya dan menyatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap para penyelundup manusia yang diduga terlibat dalam gelombang kedatangan terbaru.