logo
PT United Tractors Tbk
Korporasi

Anomali UNTR: Penjualan Alat Berat Ambles, Batu Bara-Emas Naik

  • Emiten kontraktor pertambangan terintegrasi, PT United Tractors Tbk (UNTR), mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sepanjang 2024, sementara penjualan batu bara dan emas mengalami kenaikan.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten kontraktor pertambangan terintegrasi, PT United Tractors Tbk (UNTR), mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sepanjang 2024, sementara penjualan batu bara dan emas mengalami kenaikan.

Berdasarkan laporan bulanan, penjualan alat berat Komatsu milik UNTR mencapai 4.420 unit sepanjang 2024, turun 16,13% secara tahunan dari 5.270 unit pada 2023. Manajemen UNTR menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh perlambatan di sektor pertambangan, konstruksi, dan kehutanan.

Penjualan alat berat Komatsu didominasi oleh sektor perkebunan sebesar 65%, diikuti oleh sektor konstruksi (16%), sektor agro (11%), dan sektor kehutanan (8%). Pada Desember 2024, UNTR menjual 253 unit alat berat, lebih rendah dibandingkan November 2024 yang mencapai 403 unit. Pangsa pasar alat berat Komatsu pada Desember 2024 tercatat sebesar 26%.

Di segmen kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara, anak usaha UNTR, mencatatkan peningkatan produksi batu bara bagi kliennya menjadi 148 juta ton, naik 14,73% dari 129 juta ton pada 2023. Pengupasan lapisan tanah atau overburden removal juga meningkat menjadi 1,21 miliar bank cubic meter (bcm) dari 1,15 miliar bcm pada 2023.

Penjualan batu bara melalui PT Tuah Turangga Agung juga mengalami kenaikan sebesar 11,45% secara tahunan, menjadi 13,14 juta ton pada 2024 dari 11,79 juta ton pada 2023.

Di segmen emas, UNTR mencatatkan total penjualan setara emas sebesar 232.077 ons, naik 32% dari tahun sebelumnya yang mencapai 175.430 ons. PT Agincourt Resources, operator tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mencatatkan penjualan sebesar 230.000 ons, meningkat 31% dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, PT Sumbawa Juta Raya (SJR), yang mengoperasikan tambang emas di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mencatatkan penjualan 1.800 ons karena baru memulai produksi pada kuartal IV-2024.

Untuk penjualan nikel, UNTR mengoperasikan PT Stargate Pacific Resources di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Perusahaan ini mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 1,97 juta wet metric ton (wmt) hingga akhir 2024, yang terdiri dari 693.000 wmt saprolit dan 1,28 juta wmt limonit.

Proyeksi

Analis Sucor Sekuritas, Yoga Ahmad Gifari, mengatakan bahwa dengan harga emas yang kini diperdagangkan di US$2.900 per ons, saham UNTR menjadi pilihan investasi yang menarik di tengah pasar yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas.

Yoga menyebutkan bahwa kenaikan harga emas ini sangat menguntungkan bagi UNTR karena perusahaan memiliki volume produksi emas tahunan sekitar 240.000 ons, biaya operasional yang rendah, serta diversifikasi bisnis yang solid.

"Dengan kinerja operasional yang efisien, saham UNTR siap memanfaatkan lonjakan harga emas. Penjualan emas berkontribusi 7% terhadap pendapatan dan 10% terhadap laba bersih hingga September 2024," jelasnya dalam riset pada Rabu, 19 Februari 2025.

Sucor Sekuritas juga mencatat bahwa setiap kenaikan harga emas sebesar 1% dapat meningkatkan laba bersih UNTR sebesar 0,4%. Dengan proyeksi tersebut, saham UNTR semakin menarik untuk diperhatikan di tengah tren positif harga emas.

Berdasarkan pertimbangan itu, Sucor Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp39.500 per saham, yang mencerminkan estimasi price to earnings ratio (PE) sekitar 6,8 kali untuk tahun 2025.

Sejalan dengan itu, proyeksi keuangan menunjukkan laba bersih UNTR diperkirakan akan mencapai Rp21,69 triliun pada 2025, sementara pendapatan diperkirakan meningkat menjadi Rp140,78 triliun.