Ilustrasi: Tambang nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam) / Pertambangan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) / Dok. Antam
Korporasi

Antam (ANTM) Terus Genjot Produksi Nikel, Bagaimana Prospek Sahamnya?

  • Permintaan bijih nikel diperkirakan akan tetap terjaga, sementara pasokan akan semakin terbatas seiring dengan penerapan pengawasan pertambangan yang lebih ketat oleh pemerintah.
Korporasi
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan prestasi mengesankan sepanjang 2023 dengan pencapaian volume penjualan bijih nikel sebesar 11,7 juta ton. Angka ini jauh melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya sebanyak 9,4 juta ton.

Keberhasilan ini menandai pencapaian yang signifikan bagi Aneka Tambang atau Antam dalam mengoptimalkan penjualan bijih nikelnya selama satu tahun tersebut. Lantas bagaimana prospek kinerja dan target saham emiten pertambangan itu. 

Menyikapi situasi tersebut, analis BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Hasan Barakwan mengungkapkan  pencapaian itu sesuai dengan perkiraan dan pihaknya juga meyakini penjualan bijih nikel emiten berkodekan saham ANTM akan tetap kuat pada 2024.

Sebab, kata pria yang akrab disapa Hasan bahwa "permintaan bijih nikel diperkirakan akan tetap terjaga, sementara pasokan akan semakin terbatas seiring dengan penerapan pengawasan pertambangan yang lebih ketat oleh pemerintah," ujarnya dalam risetnya dikutip pada Rabu, 21 Februari 2024.  

Amunisi ANTM

Tak ayal, perusahaan efek yang mayoritasnya sahamnya dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ini tanpa ragu meningkatkan proyeksi volume penjualan bijih nikel Antam sebesar 36,4% secara tahunan atau menjadi 15 juta ton pada 2024. 

Hal ini dikarenakan kapasitas produksi ANTM dianggap mencukupi untuk mengoptimalkan peluang seiring permintaan nikel yang terus meningkat. Di samping itu, BRIDS juga memproyeksikan laba bersih Antam pada 2024 dipatok lebih tinggi sebesar Rp 3,6 triliun, naik 22,7% dari proyeksi awal.

Terkait laba bersih ANTM tahun buku 2023, BRIDS memperkirakan di angka Rp3,6 triliun. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 14,7% dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan tersebut dipicu oleh keuntungan satu kali sebesar Rp599 miliar yang terjadi pada kuartal IV-2023.

Keuntungan satu kali tersebut terjadi setelah ANTM melakukan divestasi pada PT Feni Haltim (FHT) kepada HongKong CBL Ltd (HKCBL), anak perusahaan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) dari China. HKCBL memperoleh 10% saham FHT dari ANTM, serta membeli 50% saham FHT dari International Mineral Capital (IMC), anak usaha ANTM.

Transaksi divestasi ini memiliki nilai total mencapai Rp781,2 miliar. Rinciannya mencakup transaksi senilai Rp130,2 miliar untuk 10% saham FHT yang sebelumnya dimiliki langsung oleh ANTM, sementara sisanya Rp651 miliar untuk akuisisi 50% saham FHT yang sebelumnya dipegang oleh IMC.

Tidak hanya itu, pencabutan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) telah mengakhiri proses hukum antara ANTM dan pengusaha asal Surabaya, Budi Said. Ini artinya perseroan terbebas dari segala tanggung jawab yang timbul dari gugatan PKPU tersebut, yang berpotensi memicu pembalikan provisi.

Target Saham ANTM

Mengacu data keras dan pelbagai faktor eksternal tersebut, BRIDS mempertahankan rating beli untuk saham ANTM, sambil menaikkan target harga saham menjadi Rp2.100 per saham dari sebelumnya Rp1.960 per saham. 

Untuk diketahui, segmen bijih nikel ANTM dianggap sebagai lapisan perlindungan atau 'amunisi' yang kokoh menghadapi penurunan harga feronikel (Feni). Namun, risiko utamanya adalah melibatkan koreksi harga nikel dan potensi penurunan nilai aset nikel lebih lanjut akibat kondisi harga nikel yang rendah.

Dilaporkan bahwa Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan harga di level US$16.151 per metrik ton kering (dmt). Nominal tersebut turun 1,3% dibandingkan bulan sebelumnya di level US$16.368 per dmt. Bahkan, koreksi harga nikel acuan berlanjut pada Februari 2024

Berdasarkan data IDX Mobile pada perdagangan Rabu, 21 Desember 2024 pada pukul 15:30 WIB, saham ANTM bertengger di level Rp1.465 per saham. Dengan mengacu target saham yang diproyeksikan oleh BRIDS para investor berpotensi cuan maksimal lebih dari 40%.

Hingga berita ditulis, saham ANTM bergerak melemah 2,66% dari harga pembukaannya Rp1.505 per saham. Dari sisi variasi harga, saham emiten pertambangan ini bergerak di kisaran Rp1.465 hingga Rp1.505 per saham dengan kapitalisasi pasar di angka Rp35,55 triliun.