Antara Kinerja Saham dan Keuangan Barito Renewables (BREN) Kuartal I-2024
- Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terus melambung tinggi ke level Rp9.875 per saham. Alhasil, kapitalisasi pasar emiten yang dimiliki Prajogo Pangestu itu menyalip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Korporasi
JAKARTA – PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sepanjang kuartal I-2024 ini menorehkan kinerja keuangan yang kurang impresif. Sebab, laba bersih dan pendapatan emiten energi baru terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu ini menyusut tipis secara tahunan.
Namun, pencapaian keuangan yang kurang impresif itu berbanding terbalik dengan kinerja emiten berkodekan saham BREN yang terus melambung tinggi 7,05% ke level Rp9.875 per saham pada penutupan perdagangan Kamis, 2 Mei 2024, kemarin. Harga saham tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah perseroan.
Berdasarkan data RTI Business, tatkala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup di zona merah, BREN justru menjadi salah satu emiten yang laku keras di mata investor asing dengan transaksi net buy sebesar Rp35,6 miliar.
Di samping itu, jika mengacu data perdagangan satu minggu terakhir nilai saham BREN telah menguat 19,34%. Demikian pula, data perdagangan dalam satu dan tiga bulan terakhir menunjukkan kenaikan yang signifikan masing-masing mencapai 81,19% dan 102,36%.
BREN sendiri adalah emiten energi baru terbarukan yang tergabung dalam Grup Barito milik Prajogo Pangestu. Baru-baru ini perusahaan yang mengusung misi net zero target itu telah menyelesaikan akusisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap senilai US$102,2 juta.
PLTB Sidrap yang terletak di Sulawesi Selatan itu merupakan pembangkit listrik bertenaga angin dengan kapasitas 75 Megawatt (MW) untuk membantu pasokan listrik di wilayah tersebut. PLTB itu menjadi yang terbesar di Indonesia.
Tidak hanya itu, BREN juga telah bermitra dengan anak perusahaan ACEN Renewables International untuk menyelesaikan akuisisi tiga aset late-stage development di Sulawesi Selatan, Sukabumi, dan Lombok pada bulan Januari yang lalu.
Tuah BlackRock
Stockbit Sekuritas mengatakan penguatan saham BREN belakangan ini berkat ETF (Exchange Traded Fund) milik BlackRock sebuah perusahaan investasi asal Amerika Serikat yang mengalami perubahan komposisi kepemilikan dua produk exchange traded fund (ETF) untuk BREN.
Mengacu data RTI Business, aliran dana asing di dalam BREN semenjak 21 April sampai kemarin mencapai Rp318 miliar. Dengan demikian, total inflow terhadap emiten Prajogo Pangestu itu mencapai Rp1,1 triliun sejak tahun berjalan.
Sebagai informasi, kedua produk ETF Blackrock yang memasukkan saham BREN adalah iShares Global Clean Energy ETF (ICLN) dan iShares Global Clean Energy UCITS ETF (INRG), yang mengacu pada indeks S&P Global Clean Energy Index.
"Kami menilai masuknya produk ETF dari BlackRock sebagai kesempatan bagi investor untuk mengamankan profit dari saham BREN, paling tidak sebagian (partial take profit)," jelas Stockbit dalam risetnya dikutip pada Jumat, 3 Mei 2024.
Laju Saham Terbendung
BREN melantai di BEI atau alias Initial Public Offering (IPO) pada Oktober 2023 lalu, dengan penawaran umum perdana Rp780 per saham. Artinya, sejak pertama kali IPO hingga penutupan perdagangan kemarin, saham BREN telah terbang tinggi 1166,03%.
Alhasil, kapitalisasi pasar atau market cap BREN menembus level Rp1321,55 triliun, yang menjadikannya saham dengan market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Angka tersebut selisih Rp100 triliun lebih dibandingkan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang berada di posisi kedua dengan market cap senilai Rp1202,49 triliun.
Meski begitu, laju saham BREN per hari ini sementara harus terbendung usai BEI memberikan suspensi perdagangan di pasar reguler dan pasar tunai. Hal tersebut bertujuan memberikan cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor.
“Penghentian sementara perdagangan Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai,” tulis BEI dalam pengumuman resminya pada Kamis, 2 Mei 2024.
Lebih lanjut BEI menyampaikan para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan. “Bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham BREN," tambah BEI.
Kinerja Kuartal I-2024
Sepanjang kuartal I-2024, BREN mencatat laba bersih sebesar US$28,8 juta atau sekitar Rp466,9 miliar (dengan asumsi kurs saat ini). Angka tersebut mengalami penurunan tipis 1,41% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai US$29,2 juta.
Sejalan dengan penurunan laba bersih, total pendapatan BREN juga mengalami penurunan sebesar 1,14%, menjadi US$145,4 juta atau sekitar Rp2,35 triliun, dari kuartal I-2023 sebesar US$147,08 juta atau setara Rp2,38 triliun.
Mayoritas dari total pendapatan BREN berasal dari penjualan listrik, yakni sebesar US$66,4 juta atau setara dengan 45,71%. Namun, penjualan ini mengalami penurunan tipis dari periode sebelumnya yang mencapai US$66,8 juta.
Sementara itu, penjualan uap turut menyumbang sebesar US$30,3 juta, mengalami penurunan dari angka sebelumnya yang mencapai US$38,04 juta. Sisanya berasal dari pendapatan sewa operasi sebesar US$38,6 juta dan pendapatan sewa pembiayaan sebesar US$9,9 juta.
Adapun total liabilitas tercatat per 31 Maret 2024, mencapai US$2,96 miliar, naik dibandingkan dengan akhir tahun 2023 yang tercatat sebesar US$2,85 miliar. Rinciannya, liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$2,69 miliar, sementara liabilitas jangka pendek mencapai US$268,99 juta.
Sementara itu, total ekuitas tercatat mencapai US$691,83 juta, menunjukkan kenaikan dari akhir tahun 2023 yang tercatat sebesar US$650,33 juta. Total aset tercatat pada saat ini mencapai US$3,56 miliar, mengalami peningkatan dari akhir tahun 2023 yang tercatat sebesar US$3,50 miliar.