Eks Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Nasional

Antisipasi Iklim Ekstrem di 2021, Kementan Lakukan Strategi Ini

  • JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan, pihaknya akan melakukan gerak cepat dalam mengantisipasi kemungkinan adanya iklim ekstrem yang mempengaruhi jalannya produksi pangan di musim tanam 2021. Ia mengklaim, antisipasi itu sudah dirancang dengan percepatan tanam, infrastruktur air, serta pencocokan validasi cuaca dengan menggunakan data Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Selama ini […]

Nasional
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan, pihaknya akan melakukan gerak cepat dalam mengantisipasi kemungkinan adanya iklim ekstrem yang mempengaruhi jalannya produksi pangan di musim tanam 2021.

Ia mengklaim, antisipasi itu sudah dirancang dengan percepatan tanam, infrastruktur air, serta pencocokan validasi cuaca dengan menggunakan data Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Selama ini kita selalu bersoal dengan masalah cuaca dan hama. Karena itu kita lakukan mapping serta kerja sama dengan BMKG. Yang pasti kita terus bergerak cepat. Mudah mudahan ini bisa berjalan dengan baik dan bukan hanya beras yang terpenuhi, tapi komoditas lain selalu tersedia,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Jumat 1 Januari 2021.

Pria yang akrab disapa SYL ini menyampaikan, keberhasilan Indonesia dalam menjaga ketersediaan pangan adalah modal utama dalam melakukan fokus kerja di 2021. Karena itu, pendekatan kerja yang diambil harus berjalan efektif dan efisien.

“Pertanian di tahun 2021 itu sudah kita rancang pada tahun 2020. Karena itu kita hanya perlu melakukan intervensi agar produksi tahun depan berjalan dengan lancar serta sesuai dengan harapann. Insyaallah cuaca bisa kita kendalikan,” katanya.

Secara umum, sambung SYL, pihaknya sudah mempersiapkan pasokan beras dari Musim Tanam 1 dan 2 yang digarap pada Januari-Juni 2020 dengan stok mencapai 7,4 juta ton. Sedangkan, produksi yang ada mencapai 17 juta ton dengan kebutuhan konsumsi sebesar 15 juta ton.

“Untuk kesiapan 2021 kami sudah masuk dari Oktober 2020 sampai panen raya di Maret 2021 mendatang dengan luas lahan 8 juta hektare dan hasilnya bisa mencapai 18,5 juta ton sampai Juni 2021. Berarti stok akhir kita di 2021 menyampai 8-9 juta ton,” paparnya.

Terkait hal itu, Wakil Dirut Perum Bulog Gatot Trihargo mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan gudang-gudang beras di beberapa provinsi untuk menyerap hasil produksi di musim tanam Maret 2021. Persiapan itu bahkan sudah dimulai dengan menampung beras-beras hasil musim tanam di tahun 2020.

“Masa panen raya di bulan Maret mendatang sudah kita perhitungkan, di mana bulog akan melakukan penyerapan hasil produksi petani. Yang pasti, kami akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian,” tuturnya.

Bukan hanya itu, Gatot menyebut perum Bulog juga akan mengupayakan penyediaan bantuan sosial (bansos) beras untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat miskin.

“Kita sedang upayakan bansos beras di 2021. ini program bagus karena bisa menyerap gabah lebih banyak lagi,” tutupnya. (SKO)