Gaya Hidup

Antraks, Penyakit Akut yang Mematikan

  • YOGYAKARTA – Sempat merebak pada pertengahan tahun 2019, penyakit antraks kembali menyerang seorang warga di Kecamatan Semin, Gunung Kidul. Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul telah mengonfirmasi bahwa pasien yang berprofesi sebagai penyembelih hewan ternak tersebut positif terinfeksi. Dalam laporan resminya, Kementerian Kesehatan menyatakan antraks yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul membutuhkan perhatian serius. Menurut Direktur […]

Gaya Hidup
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

YOGYAKARTA – Sempat merebak pada pertengahan tahun 2019, penyakit antraks kembali menyerang seorang warga di Kecamatan Semin, Gunung Kidul.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul telah mengonfirmasi bahwa pasien yang berprofesi sebagai penyembelih hewan ternak tersebut positif terinfeksi.

Dalam laporan resminya, Kementerian Kesehatan menyatakan antraks yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul membutuhkan perhatian serius.

Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Anung Sugihantono, kasus antraks yang ditemukan pada 28 Desember 2019 sampai 31 Januari 2020 di Gunung Kidul merupakan pengulangan kasus. Sebelumnya, pada 21 Mei sampai 27 Juni 2019 ditemukan tiga kasus konfirmasi antraks kulit pada manusia.

Penyakit Akut

Antraks merupakan salah satu penyakit infeksi akut, disebabkan oleh spora yang dibentuk oleh bakteri Bacillus anthracis, dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas, termasuk manusia.

Dijelaskan dalam Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, penyakit antraks yang menyerang manusia terjadi setelah jaringan tubuh pada hewan terinfeksi.

Antraks sebagai salah satu occupational hazard berpotensi menyerang para petani dan peternak. Mereka dapat terjangkit melalui beberapa mekanisme yang dibedakan berdasarkan jaringan yang terkena, yaitu kutaneus, gastrointestinal, dan inhalasi.

Mayoritas mata pencaharian warga di bidang agrikultural menjadi salah satu sebab tingginya angka kejadian antraks di Indonesia. Pada tahun 2010-2016 dilaporkan terdapat 172 kasus di mana 97%-nya menjangkiti para petani dan peternak.

Hewan yang terinfeksi antraks menunjukkan gejala keluarnya darah melalui hidung, mulut, anus, dan vulva. Selain itu, hewan tersebut juga mengalami demam, tremor, sering ambruk hingga akhirnya mati mendadak.

Sedangkan bagi manusia yang terserang, gambaran khas yang terlihat, yakni adanya black central eschar pada kulit. Jika menyebar melalui aliran limfatik, hal itu dapat mengakibatkan komplikasi berupa meningitis.

Upaya Mengatasi

Pemerintah Provinsi, Dinas Kesehatan, serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY telah bekerja sama dengan melakukan penyelidikan epidemologi secara terpadu di samping penyuluhan dan screening terhadap masyarakat yang melakukan kontak dengan ternak sakit atau mati.

Upaya penanganan yang dapat dilakukan apabila terjadi kasus antraks, yakni dengan tidak mengonsumsi daging hewan ternak yang sakit atau mati mendadak. Selain itu, hewan yang mati karena antraks harus segera dikubur di dalam tanah dengan kedalaman minimal dua meter.