<p>Image Source : Moneycontrol.com</p>
Fintech

Apa itu Fintech dan dari Mana Sumber Investasinya di Indonesia?

  • Di era digitalisasi seperti sekarang ini, perusahaan di berbagai dunia berlomba-lomba mengembangkan layanan dan produk secara digital termasuk perusahaan fintec

Fintech

Rizanatul Fitri

JAKARTA – Di era digitalisasi seperti sekarang ini, perusahaan di berbagai dunia berlomba-lomba mengembangkan layanan dan produk secara digital termasuk perusahaan fintech (financial technology).

Adanya aplikasi fintech membuka wawasan masyarakat terkait dunia keuangan. Dilansir dari World Bank, pengguna fintech di tahun 2007 hanya 7% lalu berkembang di tahun 2011 sebesar 11%.

Kemudian angka tersebut mengalami kenaikan menjadi 36% di tahun 2014 dan pada tahun 2017, kenaikan prosentase naik cukup tinggi sebesar 78%.

Lalu berdasarkan data terakhir dari Ernst & Young’s, Global Fintech Adoption Index menunjukkan hampir dua pertiga atau sekitar 64% populasi dunia telah menggunakan aplikasi fintech di tahun 2019.

Apa itu Fintech?

Dikutip dari Investopedia, teknologi keuangan atau biasa dikenal dengan fintech adalah aplikasi atau teknologi yang dapat meningkatkan dan mengotomastisasi pengiriman dan penggunaan layanan pembayaran secara digital.

Terdapat setidaknya empat kategori pengguna fintech, diantaranya B2B untuk bank, klien bank B2B, B2C untuk usaha kecil dan konsumen.

Menurut OJK, ada lima jenis fintech yang berkembang dan memberikan solusi bagi masyarakat di Indonesia yaitu Microfinancing, Crowdfunding (penggalangan dana), Market Comparison, P2P Lending Service (pinjaman uang), dan Digital Payment System.

Dari Mana Sumber Investasi Fintech Indonesia?

Fintech telah berkembang sekitar tahun 2010-an dan perusahaan rintisan telah mendapat dana miliaran dolar dana ventura hingga beberapa di antaranya sudah menjadi unicorn.

Berdasarkan data dari Investopedia, Amerika utara masih menghasilkan sebagian besar startup fintech, lalu diikuti oleh Asia, dan Eropa. 

Beberapa inovasi teknologi keuangan yang aktif yaitu aplikasi investasi, robo advisors, aplikasi pembayaran, P2P Lending, crypto, personal finance apps, dan insurtech (teknologi asuransi). 

Berdasarkan data dari Forbes Fintech 50 tahunan tepatnya pada tahun 2022, Stripe menempati peringkat pertama sebagai fintech proses pembayaran yang berusia satu dekade dengan nilai sekitar US$95 miliar.  

Lalu di tempat kedua ditempati oleh perusahaan asal Swedia bernama Klarna berusia 16 tahun senilai US$46 miliar.

Beralih ke Indonesia, berdasarkan hasil survei Asosiasi Fintech Indonesia, sebanyak 28% perusahaan fintech indonesia mendapatkan investasi dari ekuitas swasta. Sumber investasi lain bersumber dari pendanaan sendiri sebanyak 13%, lalu 19% dari investor dan selebihnya dari modal ventura sebesar 13%.

Semenjak COVID-19, sebanyak 46% responden mengaku mencoba meningkatkan investasi. Lalu 25% lagi meningkatkan investasi sesuai kebutuhan dan 2% sisanya telah menghimpun investasi lebih dari yang mereka butuhkan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat investasi masyarakat Indonesia meningkat semenjak COVID-19 dan sumber investasi fintech Indonesia banyak didapatkan dari ekuitas swasta, investor, modal ventura, dan pendanaan perusahaan itu sendiri.