Apa Itu Greenflation Yang Ditanyakan Gibran di Debat Cawapres?
- Dalam debat Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya tentang istilah greenflation atau inflasi hijau kepada cawapres nomor urut 3 Mahfud MD. Lantas apa yang disebut greenflation tersebut?
Energi
JAKARTA - Dalam debat Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya tentang istilah greenflation atau inflasi hijau kepada cawapres nomor urut 3 Mahfud MD. Lantas apa yang disebut greenflation tersebut?
Greenflation merupakan singkatan dari dua kata yakni green (hijau) dan inflation (inflasi). Melansir Ekonom Iklim dari Columbia Business School Gernot Warner yang menjawab pernyataan Direktur Executive European Central Bank Isabel Schnabel pada The New York Times, greenflation merujuk pada kenaikan harga dan krisis tenaga kerja yang terjadi seiring dengan transisi ramah lingkungan.
Kenaikan harga terjadi lantaran perusahaan mengeluarkan anggaran lebih untuk melakukan transisi energi mengingat biaya penggunaan energi hijau dianggap masih lebih mahal dibandingkan fosil.
- Aset Miliaran Dolar Disita dalam Kasus Pencucian Uang di Singapura
- Aturan Pengelolaan Dana Modal Ventura Menurut POJK 25 2023
- Ingin Gaet Kepercayaan Investor? Lakukan 5 Strategi Pemasaran Berikut
Menurut Isabel, dampak inflasi hijau terhadap harga konsumen akhir jauh lebih kecil dibandingkan fossilflation. Meski begitu seiring semakin banyaknya industri yang beralih ke teknologi rendah emisi, inflasi hijau akan memberikan tekanan pada harga berbagai produk selama masa transisi. Maka, dia perlu menganggap pentingnya kebijakan penangkal jangka pendek dari bank sentral.
Kendaraan listrik, misalnya, menggunakan mineral enam kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional. Pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai membutuhkan jumlah tembaga tujuh kali lipat dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas.
Namun, seiring dengan meningkatnya permintaan, pasokan menjadi terbatas dalam jangka pendek dan menengah. Biasanya diperlukan waktu lima hingga 10 tahun untuk mengembangkan tambang baru.
Seiring semakin banyaknya industri yang beralih ke teknologi rendah emisi, inflasi hijau diperkirakan akan memberikan tekanan pada harga berbagai produk selama masa transisi.
Di Indonesia sendiri Inflasi di Indonesia lebih dipicu oleh bahan pangan sepanjang 2023 lalu. Hal ini dipicu oleh cuaca ekstrem yang memicu kenaikan harga beras. Namun, Indonesia diketahui tengah mendorong transisi hijau seiring dengan target net zero emission pada 2060.
Salah satu yang dikedepankan adalah mendorong penggunaan energi hijau. Program unggulannya adalah menyetop pembangkit listrik tenaga fosil dan menggantikannya dengan pembangkit listrik berbahan baku hijau, seperti pembangkit listrik tenaga surya.