Apa Itu Rudal Fattah? Senjata Iran untuk Bombardir Israel
- Rudal Fattah, yang mulai dibikin pada tahun 2023, mampu melesat lebih cepat 15 kali dari kecepatan suara. Tidak heran iron dome milik Israel berhasil ditaklukkan, melihat dari kecepatan dan kemampuan manuver rudal tersebut.
Dunia
JAKARTA — Iran melancarkan serangan hebat ke wilayah Israel pada 1 Oktober 2024 lalu. Serangan via rudal bernama Fattah itu berhasil menjebol iron dome atau pertahanan antirudal Israel. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk serangan balasan setelah Israel menggempur wilayah Lebanon.
Rudal hipersonik itu dilepaskan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), yang menargetkan fasilitas-fasilitas militer milik Israel. Rudal yang kali pertama digunakan Iran itu memiliki kecepatan 16 ribu kilometer per jam. Rudal Fattah mampu melewati 1.400 kilometer hanya dalam jangka waktu sebelas menit.
Iran mengklaim serangan lewat rudal Fattah sekitar 90% mengenai target. Rudal Fattah, yang mulai dibikin pada tahun 2023, mampu melesat lebih cepat 15 kali dari kecepatan suara. Tidak heran iron dome milik Israel berhasil ditaklukkan, melihat dari kecepatan dan kemampuan manuver rudal tersebut.
Hulu ledak rudal ini memiliki motor roket yang padat. Lalu terdapat empat sirip kemudi pada hulu peledak untuk mengontrol dan mengendalikan rudal. Rudal ini memiliki diameter pada badannya sekitar satu meter, dengan panjang 15 meter. Serta mampu memuat hulu ledak 350 hingga 450 kilogram.
Tantangan Presiden Iran Kepada Israel
Dalam konferensi pers di Doha pada 2 Oktober 2024, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, merespons Israel yang hendak membalas Iran lebih keras. “Iran menentang adanya pertumpahan darah. Kami selalu bilang ingin perdamaian, namun Israel mendesak kami melakukan itu,” ucapnya, dikutip dari cuitan Masoud di platform X.
“Biarkan Netanyahu mengetahui bahwa Iran bukanlah negara yang menyukai perang. Tetapi Iran memiliki sikap yang teguh dan akan tetap berdiri melawan ancaman apapun. Ini hanya sebagian kecil dari kemampuan kami. Jangan coba-coba memicu konflik dengan Iran,” imbuhnya.
Selain itu, Presiden Iran juga menyorot pembunuhan yang terjadi atas pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran. Dia menyatakan tindakan tersebut telah memaksa Iran untuk memberikan respons.
Masoud juga menyerukan komitmennya untuk meningkatkan kerjasama bersama Qatar demi mendorong keamanan dan kestabilan regional. Ia mengatakan Iran akan melakukan apapun demi bisa mempererat dan memperkuat hubungan Iran dengan Qatar.
Pernyataan tersebut menandakan bahwa diplomasi masih menjadi bagian penting dalam strategi Iran meskipun di tengah ketegangan militer yang meningkat. Ini menunjukkan bahwa Iran berusaha untuk membangun aliansi regional yang lebih kuat dalam menghadapi ancaman dari Israel dan sekutunya.
Dengan latar belakang ketegangan yang terus meningkat, baik di lapangan militer maupun dalam ranah politik, situasi di Timur Tengah semakin kompleks. Diplomasi yang hati-hati akan diperlukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, sementara di sisi lain, kekuatan militer juga semakin menjadi faktor penentu dalam hubungan internasional.
Serangan ini juga memperkuat posisi Iran sebagai kekuatan utama di kawasan Timur Tengah. Iran berusaha memperlihatkan kemampuannya dalam menghadapi ancaman dari Israel, yang merupakan sekutu kuat Amerika Serikat.